Tujuh Langkah Keajaiban Hajar
Kisah Siti Hajar, Ismail, dan Ibrahim yang menghasilkan sumber Zam Zam memberikan kisah keteladanan, bahwa untuk mencapai kesuksesan, tidak cukup menyerah hanya satu kali berjuang. Tujuh langkah adalah manifestasi bahwa kesuksesan butuh kegigihan (Grit), yakni mengisi keuletan dan passion untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Sukma.co–Hasil tidak mengingkari jungkir balik kegagalan. Proses menjadi bersahaja hanya bagi orang yang tidak lelah bolak balik menguji coba usaha. Penemu lampu pijar Thomas Alva Edison, melakukan percobaan 9.998 kali untuk mendapatkan fakta revolusioner bahwa lampu tanpa bahan bakar menjadi efisien menerangi rumah. Langkah ke 9.999 memecahkan ribuan langkah. Lampu pijar menyala 40 jam dengan komposisi karbon yang dikombinasi pada ruang hampa udara. Siapa yang sudi berjibaku untuk mendapatkan satu penemuan, jungkir balik ribuan kali. Kebanyakan kita, sekali gagal menciptakan kemalasan, jenuh, nyali ciut dan bahkan trauma. Kebangkitan butuh melintasi batas gagal.
Spirit itu juga tersaji secara apik pada istri Ibrahim, Ibu Ismail yang juga tidak percaya dengan keterbatasan, bahkan ketidak-mungkinan. Hajar sukses dengan mission-impossible. Hajar bingung dan terkunci pada fenomena ketidakmungkinan nalar ketika Ibrahim diperintahkan Tuhan meninggalkan Hajar dan Ismail di pandang tandus untuk misi khusus. Seorang perempuan dan anaknya yang tidak punya suplay minuman sementara bayi hanya makan dari apa yang dia minum. Situasi demikian tentu menjadi uji mental telak bagi hidup dan mati si anak idaman. Apalagi Hajar dan Ibrahim sudah mengidamkan anak cukup lama. Tentu mereka tidak ingin kehilangan momen berjuang menghidupi Ismail.
Passion dan Keuletan, Sintesis Grit dan Pengalaman Siti Hajar
Angela Duckworth, pengembang teori Grit, sebuah konsep yang mengelola tentang keuletan (preservasence) dan passion, dinyatakan bahwa kesuksesan seseorang tidak semata dibangun dari kemauan berprestasi (need for achievement) seperti Abraham Maslow (Duckworth & Quinn, 2009). Keuletan tidak semata mengejar puncak prestasi, tetapi proses yang berkelanjutan untuk mendapatkan suatu hasil dalam kontinum kehidupan, sebuah tujuan jangka panjang. Grit tidak cukup bergantung pada kecerdasan dan bakat. Tanpa usaha yang ulet, kecerdasan dan bakat tidak menjanjikan kesuksesan dalam hidup, serta tidak cukup semata bergantung pada motivasi seseorang. Keuletan terus berjuang secara tabah adalah kunci pencapaian tujuan dan kesuksesan hidup seseorang.
Keuletan tidak semata mengejar puncak prestasi, tetapi proses yang berkelanjutan untuk mendapatkan suatu hasil dalam kontinum kehidupan, sebuah tujuan jangka panjang.
Hajar yang berjuang dengan ikhlas, melepas Ibrahim menyongsong misi Tuhan dan berjuang dengan kesabaran, ketekunan, dan keberanian luar biasa. Siti Hajar, Ibu Nabi Ismail, adalah sosok yang menunjukkan karakteristik grit melalui pengalaman hidupnya yang penuh perjuangan. Pengalaman Siti Hajar dengan sintesis grit menggambarkan ketekunan, keberanian, dan ketabahan yang luar biasa. Ketekunan untuk berusaha mencari air meskipun di padangtandus yang seolah tidak ada harapan setetes air pun. Pencarian tiada akhir menghantuinya. Meski demikian, Hajar tetap berusaha terus menerus tiada henti menghadapi tantangan sulit. Hal ini memberikan pelajaran sesulit apa pun, perjuangan yang tekun, telaten, dan kontinu adalah modal meraih hasil dalam hidup. Bahwa nilai ketekunan merupakan lonjakan menundukkan tantangan sulit, tidak putus asa, dan berkemauan keras bagi setiap orang dalam meraih kesuksesan.
Baca juga: Sekelumit Bakat dan Kesuksesan
Lembah Bakkah (sekarang adalah Mekkah) antara bukit Shofa dan Marwah memberikan arti baru bagi lahirnya dasar setiap orang untuk berani berjuang. Dia tidak takut menghadapi ketidakpastian dan tantangan yang ada di sekitarnya. Ketika persediaan air mereka habis, dia mencari air dengan berlari-lari antara dua bukit bernama Shafa dan Marwah, sejauh tujuh kali. Meski berjuang sendiri, Hajar, soerang perempuan yang tidak ada teman di padangtandus, memiliki keberanian untuk menundukkan keterbatasan, ketakutan, dan bangkit dengan berani pergi meninggalkan Ismail dan berlari-lari antara Shofa dan Marwah. Ini juga menjadi contoh nyata dari karakter grit yang kuat. Untuk mencapai kualitas grit, keberanian menghalau rintangan, rasa takut, dan berfokus pada tujuan jangka panjang merupakan mental baja bagi para pejuang meraih kesuksesan.
Siti Hajar juga menunjukkan ketabahan yang tak tergoyahkan. Dia tidak menyerah pada keputusasaan. Meskipun keadaan sulit dan kekurangan pasokan air, dia tetap bertahan dan tidak menyerah. Ketabahan ini menjadikannya sumber inspirasi bagi banyak orang yang menghadapi kesulitan dalam hidup mereka sendiri. Kadangkala, sebagian diantara kita jatuh pada putus asa dan menyerah karena keadaan atau kegagalan, bahkan sudah menyerah sekali mencoba. Padahal, Hajar meneladankan, tujuh kali proses menemukan keajaiban dari usaha tanpa putus asa. Suatu misal, usaha pantang menyerah kita sampai di langkah keenam, lantas kita memutuskan berhenti, padahal keajaiban itu ada di langkah ketujuh. Hilanglah kesempatan itu. Hajar dengan ketabahannya meneladankan tidak berhenti alias, selalu sabar dalam berjuang.
Sintesis grit dalam pengalaman Siti Hajar menggambarkan kombinasi ketekunan, keberanian, dan ketabahan. Dia adalah contoh nyata dari seseorang yang memiliki tekad yang kuat, memiliki semangat yang tidak mudah padam, dan mampu menghadapi setiap rintangan dengan keberanian dan ketabahan yang luar biasa. Pengalaman hidup Siti Hajar mengajarkan kita tentang pentingnya memiliki karakter grit dalam menghadapi perjuangan hidup. Sintesis grit melalui pengalaman Siti Hajar mengilhami kita untuk tidak menyerah pada kesulitan, tetapi tetap bertahan, berusaha, dan menghadapi tantangan dengan keberanian dan ketabahan.
Air Zamzam menjadi buah bagi keuletan, keberanian, dan ketabahan Siti Hajar. Bagi kita yang pernah menuntaskan ibadah Sa’i, rasanya sangat capek, dengan kondisi yang nyaman saat ini. Kita tidak bisa membayangkan, situasi waktu Hajar berjuang dengan alam tandus, seorang diri, antara harapan dan kematian, meninggalkan Ismail demi mendapat keajaiban air. Di tempat yang sama, seolah dipastikan tidak ada air, dia terus mencari tiada ujung. Tentu tidak sebanding realitas saat ini dengan perjuangan Hajar tempo itu. Dalam situasi demikian, upaya berkarya bagi seseorang seperti belajar, berusaha, dan perjuangan menuju kesuksesan, membutuhkan grit, yakni ketekunen, keberanian, dan ketabahan yang linier sepanjang hidup perjuangan mencapai kesuksesan.
Pengalaman Hajar merupakan kisah yang secara agama mengakui sebuah proses Grit (kegigihan) yang menunjukkan pribadi ulet (preservasence). Dalam statemen Duckworth, orang berbakat, cerdas, juara, berprestasi, belum cukup menggapai kesuksesan tanpa ditopang oleh keuletan, kesabaran, dan keberani dalam jangka panjang. Demikian hal beberapa orang sukses, grit menggambarkan suatu proses pergulatan daya juang yang utuh untuk tujuan jangka panjang.
Referensi:
Duckworth, A. L., & Quinn, P. D. (2009). Development and validation of the short Grit Scale (Grit-S). Journal of Personality Assessment. https://doi.org/10.1080/00223890802634290