Hidup Autopilot Bawah Sadar
Daftar Isi:
Pikiran, perasaan, dan perilaku kita sudah berjalan autopilot. Proses ini menjadi sulit kita kenali dengan seksama dalam kerja yang sudah otomatis karena sudah menjadi realitas bawah sadar. Meningkatkan pengenalan terhadap seluruh kerja pikiran, perasaan, dan perilaku membantu mengelola diri. Bagaimana kita dapat mengenalinya sementara bekerjanya seotomatis kita tidak bisa menjangkau dengan detil?
Sukma.co–Setiap hari sebagian besar manusia bergerak autopilot. Tak terasa dan terpikir ternyata gerak tubuh telah bekerja tanpa pengawasan selama hidup. Mendadak seseorang merasa kesakitan dan muncul keluh kesah serta berharap kondisi semula tetap dinikmati disaat tersandung batu. Sebelum tersandung, kita tidak pernah berusaha merasakan dan mengikuti gerak kaki. Gerak motorik yang dipimpin otak menjadi ritme dan terbiasa sehingga hampir pasti manusia tidak lagi peduli dengan kegiatan kaki sendiri. Saat kaki masih bisa mengantarkan gerak sesuai keinginan pemiliknya, maka manusia melupakan begitu saja mekanisme syaraf yang bekerja. Ya memang begitulah seharusnya bagi tubuh dan syaraf yang bekerja normal. Semakin terbiasa maka pikiran, perasaan, dan tindakan atas tubuh bekerja otomatis tanpa perhatian yang kompleks bagi setiap orang karena sudah melampaui perhatian atas kompleksitas kerja tersebut.
Orang-orang ini terkadang terlihat begitu mudah melakukan gerak tubuh tersebut. Semakin terulang dan terbiasa menahun, dia menjadi autopilot.
Realitas nampak kasat mata yang terjadi pada semua orang tersebut menjadi lumprah sehingga tata kerja tubuh bernilai absolut karena menjadi biasa dalam kurun waktu yang panjang. Tetapi, ada yang sanggup melebihinya, ada juga yang kurang. Bagi yang sanggup melebihinya, seseorang berusaha meningkatkan kerja tubuhnya lebih kompleks sehingga terbentuk tata kerja berbeda dan lebih unggul dari kewajaran orang kebanyakan. Fenomena tersebut bisa autopilot juga dengan hukum kekhususan. Orang-orang ini terkadang terlihat begitu mudah melakukan gerak tubuh tersebut. Semakin terulang dan terbiasa menahun, dia menjadi autopilot. Ada juga yang tidak bisa sebagaimana gerak umum, tetapi mereka dapat meningkatkan autopilot pada sisi tubuh lain yang berfungsi berbeda sebagaimana orang kebanyakan. Autopilot tubuh dapat berlaku umum dan dapat berlaku berbeda tergantung kebutuhan masing-masing orang.
Baca juga: Sekelumit Bakat dan Kesuksesan
Misalnya, kebanyakan orang bersepeda sebagaimana ketrampilan umum. Ada pula yang bisa melampaui hukum umum, seperti melepas tangan, memutar setir kiri kanan 180⁰ sembari tetap berjalan sebagaimana umumnya. Teknik-teknik khusus dapat dijangkau asalkan dilatih sampai membentuk gerak autopilot.
Terjadi pada pikiran
Autopilot juga terjadi pada pikiran manusia. Saat seseorang berpikir bisa dan punya skema berpikir tentang apa yang dilakukan maka hal tersebut menjadikan mudah dilakukan oleh setiap orang. Saat anak-anak melihat suatu obyek yang dia pikir bisa dilakukan, lalu dilakukan, maka diapun memiliki skema berpikir tentang perilaku barunya. Keinginan yang dia pikirkan dengan mudah dapat dilakukan dengan baik. Biasanya dikenal dengan keingintahuan anak yang kuat. Semakin dia difasilitasi mencoba keingintahuannya, anak semakin banyak memperoleh pengetahuan yang kompleks dan kaya.
Semakin terasah dan tertantang, anak lebih berkembang dengan aneka kemampuan dan membentuk pola pikir kreatif yang menggerak pengalaman hidupnya.
Kebebasan berpikir yang longgar dan terpandu dengan baik, anak tumbuh menjadi sosok yang memiliki banyak pengetahuan. Semakin terasah dan tertantang, anak lebih berkembang dengan aneka kemampuan dan membentuk pola pikir kreatif yang menggerak pengalaman hidupnya. Pikiran autopilot dapat mengarahkan metakognisi yang meningkatkan respon berpikir khusus atas obyek pengalaman lebih luas. Akhirnya autopilot pikiran dapat menggerakkan tubuh, dan tubuh menggerakkan pikiran sesuai dengan kompleksitas laku hidup si anak. Berkembanglah anak krearif. Sebuah proses pembelajaran berbasis otak (brain based learning) berjalan meningkatkan autopilot kecerdasan (Handayani & Corebima, 2017).
Terjadi pada perasaan
Seorang peserta akademi dangdut ke-5 mendadak menangis ketika dipeluk Dewi Persik. Dia terlihat kurang baik bernyanyi ketika perform bersama tim (4 anggota lainnya). Suaranya nampak jelas kurang maksimal saat bernyanyi. Situasi ini dirasakan juga oleh semua juri dan sebagian besar yang melihat, termasuk saya. Saat usai bernyanyi, ekspresi juri nampak kecewa, meskipun mereka tetap memberikan apresiasi.
Dewi Persik sebelum memberi komentar langsung mendatangi salah satu peserta tersebut dan memeluknya. Si penyanyi ini langsung menangis dalam pelukan. Ketika situasi tertekan mendapat stimulus pelukan, air matanya langsung keluar dan menangislah. Situasi tertekan menimbulkan kesedihan. Momen pelukan menciptakan pemantik ekspresi menangis otomatis. Menangis menjadi peristiwa otomatis sebagai perwujudan ekpresi perasaan seseorang. Peristiwa ini bergerak cepat menjadi autopilot bawah sadar perasaan karena terjadi berulang dengan siklus perasaan menggerakkan tubuh, tubuh menggerakkan perasaan. Kesedihan dan ekspresi menangis bekerja atuopilot bawah sadar seseorang.
Perilaku cerminan bawah sadar
Perilaku menjadi tanda terluar dari berbagai cerminan autopilot bawah sadar. Tanda muncul dalam berbagai peristiwa gerak tubuh yang dapat dimaknai sesuai dengan pola autopilot bawah sadar. Gerak tubuh menandai berbagai kerja bawah sadar manusia, namun membutuhkan teknik untuk mengenalinya. Di dunia psikologi mengenal alat tes psikologi yang digunakan untuk mengetahui pola auto-pilot bawah sadar seseorang. Perilaku yang nampak selalu terhubung dengan cara kerja otak yang dipahami sebagai pola mental (mind model). Selama hidup, mereka memupuknya dalam berbagai kebiasaan. Bawah sadar adalah pola mental yang menyatukan berbagai kebiasaan gerak tubuh (indrawi) dan bekerjanya rekaman syaraf otak yang mendistribusikan ragam pikiran, perasaan, dan kombinasi keduanya.
Apa yang nampak sebenarnya dibentuk oleh dasar mental yang tidak kelihatan dan tidak disadari
Dalam psikologi, pola mental tersebut mendiami kehidupan kita. Ada yang menetap menjadi tipologi kepribadian, kemampuan diri, kecerdasan yang membantu perkembangan seseorang. Ada juga pernik masalah yang memunculkan gangguan kehidupan (trauma, tidak percaya diri, tekanan hidup) yang menjadikan seseorang tidak maksimal gerak hidupnya. Dua kondisi tersebut ada dari sebagian yang disadari, tetapi realitas yang tidak nampak ada di gelombang bawah sadar yang memola alur dan tahapan kehidupan manusia. Inilah yang sering disebut fenomena gunung es. Apa yang nampak sebenarnya dibentuk oleh dasar mental yang tidak kelihatan dan tidak disadari (Ito & Yamazaki, 2016; Lisman & Sternberg, 2013).
Menemukenali Autopilot Bawah Sadar, Cara Sehat Utuh untuk Diri
Secara ringkas, pola pikir, situasi perasaan, dan perilaku ditampilkan oleh adanya dasar bawah sadar seseorang yang otomatis terbentuk dalam rentang sejarah hidup manusia. Tidak banyak dari setiap orang kemudian peduli bagaimana jejak pikiran, perasaan, dan perilaku yang menubuh menjadi cakrawala the persona (wajah diri yang ditampakkan seseorang di dunia) sebagaimana yang terlihat tetapi digerakkan oleh model autopilot bawah sadar (Antle, 2006; Kim et al., 2014; Yurtsever, 2020).
Semakin belajar menemukenali, pribadi seseorang menjadi dikenali oleh masing-masing diri. Pengenalan yang semakin terlatih dan terampil membantu menguak sisi bawah sadar.
Mengenali kerja otomatis bawah sadar dapat dilakukan dengan latihan mengenali setiap momen, kejadian, tindakan, apa yang kita pikirkan, perasaan yang sering muncul. Semakin belajar menemukenali, pribadi seseorang menjadi dikenali oleh masing-masing diri. Pengenalan yang semakin terlatih dan terampil membantu menguak sisi bawah sadar. Ketika pengenalan ini bernilai positif dan diterima dalam situasi positif dan penuh syukur, maka dapat meningkatkan keutuhan diri. Seseorang menjadi hidup semakin sehat.
Rujukan
Antle, A. N. (2006). Child-personas: Fact or fiction? Proceedings of the Conference on Designing Interactive Systems: Processes, Practices, Methods, and Techniques, DIS.
Handayani, B. S., & Corebima, A. D. (2017). Model brain based learning (BBL) and whole brain teaching (WBT) in learning. International Journal of Science and Applied Science: Conference Series. https://doi.org/10.20961/ijsascs.v1i2.5142
Ito, T., & Yamazaki, K. (2016). A Study of a Driver Model Using Unconscious Driving Behaviors. Procedia Computer Science. https://doi.org/10.1016/j.procs.2016.08.260
Kim, M., Shi, C., & Kim, J. (2014). Reinterpret 3G Emoticons from a Persona Theory. Lecture Notes in Computer Science (Including Subseries Lecture Notes in Artificial Intelligence and Lecture Notes in Bioinformatics). https://doi.org/10.1007/978-3-319-07632-4_44
Lisman, J., & Sternberg, E. J. (2013). Habit and nonhabit systems for unconscious and conscious behavior: Implications for multitasking. Journal of Cognitive Neuroscience. https://doi.org/10.1162/jocn_a_00319
Yurtsever, G. (2020). Measuring Social Personas. Open Journal of Social Sciences. https://doi.org/10.4236/jss.2020.86011
Originally posted 2023-07-07 09:45:38.