Psikologi Populer Sukma

Apakah Memiliki Fetish Selalu Berarti Memiliki Gangguan Seksual?

Agustus 1, 2020

Apakah Memiliki Fetish Selalu Berarti Memiliki Gangguan Seksual?


SUKMA.CODalam ranah psikologi, orang mungkin saja wajar memiliki fetish, lalu kapan fetish dapat dikategorikan sebagai gangguan seksual? 

Imajinasi seksual biasanya terjadi dalam diri manusia. Hal ini dianggap wajar oleh sebagian orang, baik yang sudah memiliki pasangan maupun belum.

Baru-baru ini, pengguna media sosial dibuat heboh tentang imajinasi seksual yang berujung pada gangguan yang disebut fetish. Nama salah satu mahasiswa perguruan tinggi negeri di Surabaya, sebut saja Yanto (bukan nama sebenarnya) menjadi trending di twitter setelah seseorang membuat utas tentang pengalamannya menjadi korban pelecehan seksual yang dilakukan Yanto.

Pasalnya, bentuk pelecehan seksual yang dilakukan oleh Yanto mungkin terdengar baru bagi sebagian orang. Yanto memiliki fetish yang tidak biasa. Dalam aksinya, Yanto meminta korban-korbannya berada dalam posisi diikat menggunakan lakban dan dengan dalih-dalih penelitian akademis.

Baca juga: Beberapa langkah yang dapat diterapkan sebelum mengajari anak menulis

Sebenarnya, memiliki fetish bisa dikatakan adalah hal yang wajar. Kendati demikian, pada tingkatan tertentu, hal ini bisa berubah menjadi sebuah kelainan yang disebut fetish disorder. Fetish berasal dari bahasa Portugis yakni feitico yang artinya pesona obsesif. Individu yang memiliki fetish menganggap bagian tubuh nongenital atau bahkan benda mati tertentu sangat menarik untuk membangkitkan gairah seksual.

Istilah fetish dengan kata lain juga dapat diartikan sebagai peristiwa di mana seseorang merasakan rangsangan seksual dari fantasi atau perilaku seksual yang melibatkan nonliving objects. Kata terakhir, yang memiliki arti benda tak hidup, bisa merujuk pada bermacam hal seperti kaos kaki, sepatu, celana dalam, atau bagian tubuh nongenital mulai dari rambut hingga kaki.

Apakah fetish selalu berarti gangguan? Kalau tidak, lalu kapan fetish dikatakan gangguan?

Memilki fetish sebenarnya wajar dalam kehidupan seksualitas manusia. Hampir semua orang memiliki particular body parts yang dianggap atraktif, tetapi apakah itu selalu diartikan sebagai gangguan? Belum tentu.

Kondisi ini menjadi gangguan apabila fetishtic sudah mengganggu fungsi normal seksual. Misalnya, saat tidak ada objek yang disukai maka tidak bisa terangsang. Misalnya juga saat fetishtic merugikan fungsi diri sendiri dan/ atau orang lain.

Fetish disorder termasuk kepada gangguan paraphilia yakni suatu permasalahan yang menyangkut kontrol terhadap fantasi seksual dan perilaku yang melibatkan objek, ativitas dan situasi tertentu yang tidak lazim.

Baca juga: Kenali apa itu depresi dan bagaimana gejalanya 

DSM-V menjelaskan bahwa fetish disorder ditandai sebagai suatu kondisi terjadinya ketergantungan yang terus-menerus atau berulang pada objek yang tidak hidup (seperti pakaian, kaos kaki, dll.), atau fokus terhadap bagian tubuh spesifik nongenital seperti kaki untuk mendapatkan gairah seksualnya.

Selain itu, hanya pada objek tertentu yang memantik hasrat seksualnya, seorang pengidap fetish disorder mendapat kepuasan seksualnya. Sebenarnya fetish terjadi pada banyak orang, hanya saja diagnosis pengidap kelainan fetish hanya dapat diberikan oleh pskiater atau psikolog apabila ada tekanan pribadi yang dirasakan atau benar-benar mengganggu kehidupan sosial, pekerjaan atau aspek penting lainnya sebagai akibat dari fetish.

 

Baca juga tulisan menarik dari Setyani Alfinuha lainnya atau tulisan lain terkait psikologi populer

Penulis: Setyani Alfinuha

Editor: Mely Santoso


Silahkan login di facebook dan berikan komentar Anda!