Begini Pemikiran Kritis untuk Menyambut Era Society 5.0
Sukma.co – Era Society 5.0 pertama kali diperkenalkan pada tahun 2019 oleh pemerintahan Jepang. Era Society 5.0 merupakan perkembangan dari era revolusi industri 4.0 yang fokus pada penggunaan teknologi dan antroposentris. Perkembangan yang terjadi menyebabkan manusia dan keadaan sosial berubah agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan penggunaan teknologi baru dan sistem sosial yang semakin modern.
Informasi dan perkembangan teknologi akan semakin dinamis sehingga setiap orang akan dengan mudah untuk mendapatkan suatu informasi. Dengan perkembangan tersebut manusia akan semakin mudah untuk melakukan aktivitasnya dan tidak jarang manusia menggantungkan setiap aktivitasnya pada efektivitas perkembangan teknologi. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menyikapi perubahan yang terjadi dari era revolusi industri 4.0 ke era Society 5.0.
Salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah penyebaran informasi Hoax yang semakin tinggi, Hoax merupakan kendala yang menjadi ciri khas dari setiap zaman khususnya setelah globalisasi. Hoax tidak jarang menyebabkan seseorang menjadi keliru dalam bertindak dan sering kali menyebabkan adanya konflik sosial.
Berbagai kemudahan yang diberikan oleh perkembangan zaman, manusia semakin malas dan cenderung mengikuti arus informasi yang berpotensi tidak akurat dan mengandung maksud terselubung, sehingga setiap orang dapat dengan mudah dipengaruhi oleh suatu informasi tanpa adanya verifikasi internal dan objektif. Pemikiran kritis adalah salah satu cara yang dapat digunakan oleh seseorang untuk melakukan verifikasi secara lengkap terhadap arus informasi dan perubahan suatu zaman.
Fase transisi yang terjadi antara era lama dan era baru dapat menimbulkan keraguan dan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat atas suatu fenomena yang terjadi. Ini merupakan Defense Mechanism yang dimiliki oleh setiap orang untuk menjaga dirinya dari fenomena atau informasi yang tidak sesuai dengan karakteristik seseorang. Defense Mechanism ini hanya sebatas respon naturalistik manusia yang hanya akan bertahan dalam jangka waktu tertentu dan tidak dapat menjadi efektif apabila tidak diikuti dengan pemikiran kritis.
Berpikir kritis merupakan cara manusia untuk merespon seseorang dalam menganalisa fakta untuk membentuk suatu penilaian yang objektif. Berpikir kritis memerlukan proses yang kompleks untuk menghasilkan suatu argumen atau sikap yang akan ditampilkan ke lingkup sosial atau pribadi. Fase transisi yang dapat menyebabkan tingkat kepercayaan seseorang menurun disebabkan adanya fenomena baru yang tidak sesuai dengan keadaan atau budaya yang lama. Sehingga seseorang merasa tidak nyaman dan dipenuhi dengan rasa curiga atas suatu perubahan, seseorang akan cenderung takut untuk menerima suatu perubahan karena mereka sudah terbiasa dengan suatu budaya lama dan aktivitas pada umumnya di suatu zaman. Penerimaan atau perkembangan suatu era yang asing bagi seseorang dapat menimbulkan permasalahan adaptasi. Seseorang tidak akan mudah untuk beradaptasi dengan budaya baru, mereka akan meragukan setiap inovasi dan tata aturan yang baru apabila mereka tidak merasakan dampak positif dari suatu perkembangan.
Seseorang akan cenderung memperhatikan faktor keuntungan pada setiap perubahan yang terjadi, utilitarianisme sebagai suatu pandangan yang menyatakan suatu perubahan dapat dikatakan berhasil apabila menghasilkan kesenangan atau manfaat bagi manusia. Artinya, perubahan yang terjadi tidak akan mudah untuk diterima oleh seseorang ketika mereka merasa asing dengan kebiasaan baru. Pemikiran kritis akhirnya menemukan objek baru yang dapat dianalisa untuk menampilkan keuntungan atau kerugian yang terjadi dari suatu era baru.
Tidak hanya untuk melakukan analisis pada suatu era yang bersifat holistik, berpikir kritis juga berfungsi secara partikular untuk membentuk pemikiran yang mandiri bagi seseorang, sehingga ia tidak sekedar mengikuti opini orang lain yang sebenarnya tidak cocok dan hanya dipaksakan agar dapat diterima secara umum bagi dirinya. Meski seseorang akan cenderung menjadi seorang utilitarian ketika menghadapi suatu perubahan. Ia masih dapat berpikir kritis untuk menentukan suatu keuntungan yang dapat diperoleh ketika ia bertindak. Pemikiran kritis dan utilitarianisme adalah upaya manusia untuk bertindak dalam realitas kehidupan agar terhindari dari ketidakpuasan dan penderitaan.
Ketidakpuasan dan penderitaan yang terjadi salah satunya disebabkan oleh rendahnya kesadaran manusia untuk berpikir kritis. Sehingga mereka hanya menerima setiap perubahan dan juga perkembangan yang sewaktu-waktu dapat merugikan dirinya sendiri. Misalnya, kerahasiaan kode OTP (One Time Password). Kode tersebut digunakan untuk melakukan verifikasi dan mekanisme untuk masuk ke jaringan dengan kata sandi unik yang hanya sekali pakai. Modus penipuan yang melibatkan seseorang dengan meminta kode OTP yang masuk sebagai notifikasi di hp korban sering kali menimbulkan kerugian besar dan sangat sensitif.
Fungsi berpikir kritis akan sangat penting untuk menghadapi situasi seperti itu, seseorang dapat melakukan analisa tindakan yang perlu dilakukan dengan menurunkan tingkat kepercayaan kepada pihak asing yang berupaya untuk mendapatkan informasi sensitif seseorang, sehingga seseorang dapat mengabaikan modus penipuan tersebut dan segera melakukan pengamanan terhadap data pribadinya. Berpikir kritis erat kaitannya dengan penurunan tingkat kepercayaan sementara hingga menuju suatu fase kepercayaan penuh yang terkendali oleh kesadaran manusia, apabila suatu perubahan dapat diterima sebagai budaya dan kebiasaan baru.
Era Society 5.0 menawarkan suatu pandangan antroposentris yang berfokus pada manusia sebagai pusat peradaban atau alam semesta. Sehingga pemikiran kritis sangat diperlukan untuk menyambut fase perubahan tersebut. Ketika fokus hanya ditujukan kepada manusia, maka alam akan menjadi sumber daya yang bertugas untuk memenuhi kebutuhan manusia tanpa terkecuali. Alam akan semakin tereksploitasi dan menyebabkan adanya kerusakan ekosistem apabila manusia hanya fokus pada perkembangan spesiesnya sendiri. Sikap kritis ini harus dibentuk sejak dini agar membentuk individu yang mampu menyeimbangkan kebutuhan manusia atas alam, sehingga alam dan manusia dapat saling bersinergi untuk mendukung satu sama lain.
Penulis : Angga Pratama
Editor : Miftahus Surur
Originally posted 2022-09-02 04:04:22.