Tuhan Benar-benar Cemburu
Air laut tumpah ruah,
Tanah bergejolak tak berarah,
Manusia bak debu yang tersapu oleh waktu,
Dan, duka pun kembali menggema,
Ku rasa Tuhan memang cemburu,
Bagaimana tidak, waktu yang harusnya menjadi milik-Nya,
kini malah sibuk kau gunakan untuk beradu kata di dunia maya.
Tuhan benar-benar cemburu,
Bagaimana tidak, mati hati manusia telah tertutup,
Bahkan setelah Tuhan mengetuknya dengan kasih sayang yang begitu lembut.
Bagaimana mungkin Tuhan tidak cemburu,
Manusia dengan lalainya membuat-Nya murka,
Tanpa peduli dengan ‘perasaan’-Nya.
Dicampakkannya Dia di tengah bahagia,
Lalu dicarinya Dia di tengah nestapa,
Apakah layak menggangnya sebagai pelarian semata?
Ku rasa, kini Dia telah murka,
Manusia tanpa ragu menyulut api permusuhan,
Tanpa berpikir cara untuk memadamkannya.
Manusia tanpa ragu menyuarakan kebodohan,
Padahal kebenaran telah ada di depan mata,
Manusia seolah ingin hidup selamanya,
Padahal abadi hanyalah ada pada-Nya.
Tuhan, jangan lagi kau hempaskan jari-Mu.
Kami tak kuasa menghadapi murka-Mu,
Ku mohon ampuni kami dengan segala Rahman dan Rahim-Mu.
Akan kami jaga bumi yang sudah tua ini,
Dengan petunjuk dan ridha-Mu,
Selalu.
Tangerang Selatan, 2018
Haniffa Aulia