Usang Usik Menggelitik
Oleh: Muhammad Iqbal
Sempat bertanya ada apa gerangan
dengan usang yang mengusik lirik-lirik puisi
yang masih berupa bibit tak berbuih
usiknya adalah gelombang riak batu-batu berloncatan
berjalan seolah estetika yang mengabdi
pada kerumun makna masing-masing pembaca
menuntut peka nuansa agar padu padan
dengan nada-nada angan
dahulu-dahulu yang memaksa menghilir dari hulu
yang bukan merupakan garis permulaannya
bagaimana bisa gerbong itu lolos
padahal bukan pada relnya
sangkaku mula-mula itu hanyalah
efek dari lelah yang memuncak
yang baru saja sampai kerongkongan
namun rupa-rupa itu adalah suara
yang terjadwal siarannya
yang (sebiasanya) menunggangi cita
yang memang urung usai
arif harus sebagai rambu-rambu reaksioner
tapi standar bijak yang kupijak
hari ini masih kuragui
suara-suara khalayak seperti biasa
selalu coba menggurui
tapi hanya segemericik makna diantaranya
yang bisa diamini pada kondisi
jatuh…
jatuh…
jatuh…
setidaknya hari ini aku memberi ruang untuk bangun
dan sekuntum api yang kunyalakan
lewat pemantik batu akik
mengobor jalan tanda tanya yang coba kujajaki
terus tanpa henti
Malang, 6 Oktober 2018