Senyum Merekah Diantara Luapan Banjir Peserta Konvensi Pendidikan IX
Sukma.co, Tanaman yang di semai di tempat yang baik akan menghasilkan yang di harapakan, apalagi dengan pemberian pupuk yang tepat akan menghasilkan komposisi yang luar biasa. Begitupula Konvensi Pendidikan Indonesia yang di dalangi oleh komunitas OLDWA (Ojo Leren Dadi Wong Apik) semakin merekah membanjiri kota-kota yang di kunjungi sebagai Tour Pendidikan. Dengan semangat kolaborasi belajar dan sharing keilmuan baik di formal, inklusi/pendidikan alternatif, PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat) menghiasi kehangatan Konvensi Pendidikan Indonesia IX yang berada di PLA (Pusat Layanan Autisme/ Disabilitas) Blitar.
“Semua Murid Semua Guru, Semua Guru Semua Murid”
Konvesi kali ini memiliki nuansa yang berbeda dari beberapa konvensi sebelumnya, selain jumlah peserta yang meluap banyak seperti di Nganjuk tahun lalu, namun ada beberapa hal yang lebih menarik dan unik. Beberapa perkembangan pesat terlihat dari manajemen diskusi yang semakin menarik dan hangat, polesan tangan lukman hakim founder sekolah dolan, mampu memberikan kesempatan peserta lebih banyak untuk berbagi serta berkolaborasi dan mencari ilmu di Konvensi.
Selain itu hadirnya kampus desa yang di dalangi oleh Moh Mahpur selaku rektor Kampus Desa dan crew, dengan ministudio nya. Studio yang di kemas minimalis mudah di jangkau dan di aplikasikan oleh siapapun yang memiliki kemauan, untuk berbagi. Hal ini memberikan kesempatan kepada penikmat ilmu yang nyentrik, kreatif, inovatif tidak hanya untuk peserta yang hadir di lokasi Konvensi Pendidikan, namun orang-orang di dunia maya di Nusantara ini pun ikut serta mampu mengapresiasi dan mengaplikasikan ilmu-ilmu dari praktik baik yang sudah di lakukan.
“Setiap sesuatu itu bisa di manfaatkan dan memiliki positif dan negatif, bagaimana sang pengelola mengolahnya menjadi kerang mutiara atau kerang rebus”
Semua ini tidak luput dari tangan-tangan orang baik yang di gerakkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Mulai dari tuan rumah yang ramah nan baik hati Bunda Rachmi Aida sebagai ketua PLA Blitar dan para pakar pendidikan, pemangku kebijakan, penggerak dan penggiat pendidikan baik formal, maupun non formal ikut serta membanjiri meramaikan semangat berbagi di Konvensi pendidikan IX. Mulai dari pak wahyu Nugroho dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Timur, Bapak Isa Ansori dari Dewan pendidikan Jatim, Bapak Eko Fauzi Prayono dari Pamong Belajar Madya BP PAUD & DIKMAS D.I Yogyakarta, Wakil Wali Kota Blitar, Kepala Dinas Blitar, dan masih banyak para pejabat, praktisi dan penggerak pendidikan baik formal maupun non formal yang terlibat di Konvensi pendidikan IX di Blitar
Menyibak kilas balik sejarah berdirinya konvensi Pendidikan Indonesia yang di dalangi oleh orang-orang yang peduli pendidikan dan semangat berbagi. Dengan demikian, bukan untuk mengkritisi kekurangan pemerintah, namun kita semua yang harus rembug turun tangan menyelesaikan dan melengkapi pendidikan di sekitar kita.
Dari beragam latar belakang pemikiran pendidikan tersebut, lahirlah beragam gerakan pendidikan yang berbasis sosial, salah satunya OLDWA (Ojo Leren Dadi Wong Apik). OLDWA merupakan suatu wadah yang di prakarsai oleh beberapa orang nyentrik, Gila, Ngawur. pemerhati, pengembang pendidikan di Jawa Timur, diantaranya, Prof. Kentar Budhojo dari sekolah garasi Turen, Eyang Wiwiek Joewono dari Sanggar Cendikia, Gus. Lukman Hakim dari Sekolah Dolan, Mr.Nafik Palil Consultan sekaligus founder The Naff. A Creative School, Kak Rubi Bojonegoro bersilaturakhmi ke Dinas Pendidikan Jawa Timur. Pada saat itu ikut serta para pemuda dari sanggar cendikia, CUMAPEKA (Cendekia Muda Pemerhati Pendidikan, Mas Ivan Dana dari IYE Malang dan Cak Mustofa (kampung dolanan) dari IYE Surabaya.
Dari pertemuan pertama itu menghasilkan suatu ruh semangat untuk mengadakan Touring Pendidikan antar Kota. Setelah pertemuan di Surabaya Konvensi Pendidikan melakukan touring pendidikan secara bertahap di beberapa kota diantaranya Pasuruan, Bangil, Bojonegoro, Malang Kota, Malang Kabupaten, Kediri, Nganjuk, dan yang ke sembilan ini di Kota Blitar.
Harapannya, dengan adanya Konvensi Pendidikan Indonesia ini, para pemuda siap menerima tongkat estafet perjuangan yang nyentrik, Inovatif, kreatif, untuk membangun pendidikan yang lebih bermartabat sebagaimana yang sudah di contohkan dari para pejuang senior. Tentunya tongkat estafet di berikan kepada seluruh pengelola atau pelaku pendidikan.
Hal ini perlu diperhatikan pula, bahwa dengan dasar among, momong, dan, ngemong menghadirkan kemuliaan hati membawa suasana hati yang sesuai dengan pijakan alamiahnya masing-masing. Selain itu harapannya ada sebuah bungkusan oleh-oleh ilmu yang lebih berkembang lagi, tidak hanya untuk peserta konvensi, namun untuk Dinas Pendidikan Jawa Timur dan di segala penjuru Nusantara.
Penulis: Yuli Wusthol M (Founder Omah Sekolah Oase El-Madu)