Psikosport: Melihat Makna hidup dari Sepakbola
Hidup dengan pasangan bak permainan sepak bola. Ketika pasangan asyik “menggiring bola” maka kita harus mencari ruang kosong dengan saling memahami posisi dan kondisi pasangan, sehingga akan memudahkan pergerakan pasangan dalam mengambil langkah-langkah yang terbaik.
Sukma.co–Hidup adalah permainan, layaknya kita bermain sepak bola. Berbagai startegi akan digunakan untuk untuk mencetak goal dan memperoleh kemenangan. Dalam sepakbola hanya ada 22 pemain (inti) dan 14 pemain cadangan (itupun yang boleh diturunkan hanya 6 pemain saja) yang memperebutkan 1 bola demi goal tersebut. Tidak jauh dengan sepakbola dalam kehidupan kita juga memperebutkan satu tujuan yaitu kebahagiaan. Dalam sepak bola strategi dari tim sangat diperlukan untuk bisa membongkar pertahanan lawan, menciptakan peluang, mencetak gol dan memperoleh kemenangan. Demikian juga dalam kehidupan kita menggunakan strategi-strategi tertentu untuk memperoleh tujuan (goal) utama yaitu kebahagiaan (kemenangan). Dalam strategi sepak bola semua pemain harus memahami kapan harus bertahan dan kapan harus menyerang, terkadang berfilosofi bahwa cara terbaik untuk bertahan adalah dengan menyerang. Filosofi lain terkadang pemain juga harus berspekulasi mengorbankan dirinya sendiri demi kebaikan tim.
Pada pergelaran Piala Dunia 2010 di babak perempat final mempertemukan antara Uruguay vs Ghana. Ghana memimpin pertandingan dengan skor 1-0 lewat gol Sulley Aly Muntari di Injury time babak pertama, menit ke 55 Diego Forlan menyamakan kedudukan lewat tendangan bebasnya dan skor imbang sampai dengan waktu normal habis dan dilanjutkan dengan extra time. Menjelang babak tambahan berakhir terjadi kemelut di kotak penalty Uruguay dan dengan sengaja Luis Suarez berspekulasi dan sengaja menahan bola di kotak penalty sendiri untuk menahan bola agar tidak terjadi goal (padahal 99,9% gol). Tanpa ampun wasit memberikan kartu merah dan menunjuk titik penalty untuk Ghana. Luis Suarez (Uruguay) berspekulasi dan rela di Kartu Merah untuk menyelamatkan timnya dari kekalahan. Spekulasi Suarez tidak salah, Fernando Muslera (kiper Uruguay) berhasil menahan penalty pemain Ghana Gyan Asamoah, dan Uruguay memaksa Ghana untuk beradu penalty dan akhirnya Uruguay lolos ke semi final.
Hal yang sama juga dilakukan oleh il Capitano AS Roma Francesco Totti sengaja mencari kartu kuning saat melawan AC Parma pada lanjutan Serie-A Liga Italia. Totti memang sengaja mencari kartu kuning supaya bisa istirahat dan mendapatkan hukuman dilarang bermain dengan atalata fit jelang Derby della Capitalle. Totti sengaja cari kartu kuning agar bisa istirahat melawan Atalanta (26/2) n bisa on-fire lawan Lazio di Derby della Capitale (4/3). Derby della Capitalle adalah pertandingn emosional di kota Roma (AS Roma dan SS. Lazio). Kedua tim ingin menunjukkan yang terbaik di ibu kota Italia. Hasilnya memang tidak seperti spekulasi yang dilakukan oleh Luis Suarez di Piala Dunia 2010. AS Roma harus menelan pil pahit kalah 2-1 pada Derby della Capitale tersebut.
Demikian halnya dengan hidup, kita terkadang perlu berspekulasi (dengan pemikiran matang) demi kebaikan hidup. Terkadang spekulasi yang kita lakukan (meski dengan perencanaan) juga tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan. Campur tangan kehendak Tuhan juga ikut berperan dalam spekulasi yang ita ambil. Hal penting yang perlu diambil adalah kita harus berani mengambil langkah-langkah konkrit dalam hidup ini. adapun hasilnya nanti semua kita serahkan kepada kehandak-Nya.
Sepakboa juga mengajarkan bagaimana kita bekerjasama denga team. Masing-masing pemain memiliki peran dan fungsi sesuai dengan posisinya. Keeper tugasnya menjaga gawang, Defender tugasnya menjaga pertahanan, Midfielder tugasnya mengatur serangan dan Striker tugasnya mencetak gol. Demikan halnya hidup, setiap orang masing-masing memiliku peranan yang penting dan menjalankan tugas sesuai posisinya, ketika ditukar besar kemungkinan kehilangan stabilitas, mungkin bisa saja menjadi stabil namun membutuhkan proses adaptasi.
Sepakbola juga mengajarkan kita bagaimana menghargai dan menghormati orang lain serta menerima apapun keputusan wasit. PD 2010: Timnas Jerman adalah Tim yang multi kultur, beda Ras, suku-bangsa, dan agama. tapi mampu mencapai semi final dan juara 3 piala dunia Mesut Oezil dan Sammi Khedira beragama Islam, Cacau dan Jarome Boateng ras kulit hitam dan selebihnya adalah kulit putih dan beragama non Islam. Mesut OEZIL bukan orang Jerman dia keturunan TURKI, Sammi KHEDIRA bukan asli Jerman, dia keturunan TUNISIA dan CACAU juga bukan penduduk asli Jerman tapi BRAZIL Mereka (Oezil, Khedira dan Cacau) bisa kerjasama dengan orang yang “beda” dengan mereka dan memberikan yang terbaik untuk negara barunya
Lagi-lagi demikian hidup… di Indonesia kita hidup multikultur, harusnya bisa hidup berdampingan dan memberikan yang terbaik untuk bangsa ini. Tidak kemudian sikut kanan-sikut kiri menggunakan kekerasan atas nama agama demi kepentingan pribadi, mengajak Tuhan Demontrasi dan sebagainya. Harusnya kita belajar menghargai kelas sosial, agama, suku bangsa dan hidup penuh kedamaian dan kerukunan sesuai dengan semboyan kita “Bhinneka Tunggal Iki” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
Sepak bola juga mengajarkan bagaimana kita menjalankan peran bersama pasangan kita.. dalam formasi 4-4-2 (4 Defender, 4 Midfielder, dan 2 Striker) disitu dipasang 2 Striker didepan, yang tugasnya adalah mencetak goal (tujuan). secara strategi mereka tidak boleh individualistik (mskipun sama-sama memiliki skill diatas rata-rata), namun diharuskan bisa kerjasama, membutuhkan visi permainan yang sama serta intelegensi untuk memahami posisi. Ketika striker 1 membawa bola ke samping, maka striker satunya harus lari ke tengah dan mencari ruang yang kosong. Tujuannya supaya mempermudah striker 1 mengumpan bola ke striker 2 ketika dia (striker 1) dihalangi oleh defender lawan. Dengan begitu terbukalah ruang kosong dan peluang untuk menciptakan goal (tujuan). Namun sebaliknya, ketika striker 2 lari ke samping (mengikuti striker 1) maka akan menyulitkan pergerakan striker 1 untuk mengmpan bola, yang ada justru offside ketika bola diumpan
Demikian juga hidup dengan pasangan, ketika pasangan asyik “menggiring bola” maka kita harus mencari ruang kosong dengan saling memahami posisi dan kondisi pasangan, sehingga akan memudahkan pergerakan pasangan dalam mengambil langkah-langkah yang terbaik. Pada akhirnya kerjasama dan komunikasu yang baiklah kita akan mendapatkan goal (tujuan) hidup yang sebanarnya. Skill bagus memang diperlukan dalam hidup, tapi yang paling penting adalah bagaimana memanfaatkan Skill tersebut dengan memahami posisi pasangan
Bagaimana dengan kita? beranikah berspekulasi sprti Luis SUAREZ (Uruguay), Francesco TOTTI (AS Roma) dan bekerjasama seperti Timnas JERMAN? smua kembali pd masing-masing individu, mau bermain cantik (menikmati proses) atau bermain pragmatis (mementingkan hasil). semua adalah pilihan. Tentunya kita ingin bermain cantik, enak dilihat penonton (lingkungan), membanggakan sporter (keluarga) dan mencetak banyak goal (tujuan). So, tinggal kita dan pilihan kita sendiri yang menentukan semuanya.