Opini Psikologi Politik

Era Senggol Bacok dan Politik Maha Asik

Januari 16, 2019

author:

Era Senggol Bacok dan Politik Maha Asik


Sukma.co–Jangan melakukan kesalahan yang sama, karena masih banyak kesalahan yang lain“, ucap Nurhadi-Aldo, pasangan capres-cawapres fiktif nomor urut 10.

Saya bersama 400 ribu yang mendukung gerakan politik Tronjal-tronjol adalah kaum bumi bulat yang sedang merindukan lelucon. Negara yang ramah dan santun (seolah) sudah kuno, kita dalam peralihan menuju Era Senggol Bacok. Era Senggol Bacok adalah zaman ketika apa yang kita sukai, mapan dan idolai didiskusikan ulang oleh orang lain, akan membuat kita lebih dulu mengutamakan emosional, baru kemudian nalar. Nalarnya untuk membenarkan emosional kita.

Era Senggol Bacok dimulai dari orang cerdas dengan moralitas rendah, lalu dipopulerkan oleh netizen yang minat bacanya rendah, hobi bar-bar dan latah. Memasuki tahun politik, era senggol bacok semakin tumbuh subur, sebab semakin banyak orang cerdas macam di atas itu yang muncul dengan nafsu berkuasa.

Era Senggol Bacok membuat Indonesia darurat tertawa, namun harapan selalu ada. Kita beruntung sobat missqueen. Kehadiran Nurhadi – Aldo layaknya Power Ranger kedatangan Megazort saat melihat musuhnya menjadi raksasa. Kehadiran capres-cawapres 10 adalah harapan baru.

Politik itu Tronjal-tronjol

Penulis teringat saat orde baru (orba) memimpin dengan otoriter dan anti kritik, Warkop DKI hadir dengan sindiran satire, seperti slogab ‘Tertawalah sebelum tertawa itu dilarang’. Ini mengandung sindiran betapa pemerintahan orba mampu membuat Negara mencampuri segala hak-hak dasar masyarakat. Komedi Warkop DKI mampu mencairkan kebekuan sekaligus melawan Orba.

Begitu pula kiprah Nurhadi-Aldo yang hadir dari kebosanan masyarakat menonton pertunjukan Prabowo Subianto’s series; Became President (Again) melawan Joko Widodo, The Forgetful Issue of Human Rights. Kedua pertunjukan di atas selalu menegangkan bagi orang yang berpaham bahwa tidak ada jabatan yang perlu diperjuangkan mati-matian, hingga sampai saling hujat, membongkar aib dan saling fitnah.

Kisah Prabowo vs Jokowi adalah dua pertunjukan yang sudah memuakkan bagi segolongan orang, karena cara mereka maupun simpatisannya yang membuat kita gerah dan serba tegang, sehingga pelarian dengan kampanye yang nyeleneh dan mampu merilekskan urat saraf. Kita yang rindu kelucuan merasa terwakili oleh Nurhadi.

Jika mereka yang memecah belah kesatuan demi sebuah kekuasaan kalian sebut sebagai orang berpendidikan, maka kami lebih suka menjadi orang-orang dungu yang gemar menikmati humor berbau porno“, ujar Paslon Urut 10 di official Instagram mereka.

Kalimat di atas wujud perlawanan dari politik tegang yang selama ini harus diterima masyarakat. Sekaligus menyindir kebiasaan masyarakat yang masih gemar bercanda dengan hal-hal berbau seks. Nurhadi benar-benar memahami bahwa kita masih sereceh itu, masih suka tertawa dengan lelucon apem 80 juta, sehingga dipropaganda dengan Indonesia akan bubar, punah dan tidak memilih A akan masuk neraka. Kita bisa geter dan takut duluan, duh pusing akutuuuu.

Penulis #SmackQueenYaQueen dari fenomena Nurhadi-Aldo bahwa politik sejatinya salah satu ikhtiar untuk menyenangkan hati masyarakat. Politikus hadir untuk melayani, bukan sebaliknya. Jika kemudian politik malah membuat masyarakat tronjal-tronjol dalam pertikaian, berarti ada yang salah dengan politikus kita dan cara pandang kita terhadap politik itu sendiri.


Silahkan login di facebook dan berikan komentar Anda!