Psikologi Populer Sukma

Penyuluhan Berbasis Komunitas “Makazi Banyak” Makanan Bergizi Bebas Minyak

April 23, 2020

Penyuluhan Berbasis Komunitas “Makazi Banyak” Makanan Bergizi Bebas Minyak


SUKMA.CO – “Orang sibuk menjaga hartanya padahal kesehatan adalah harta yang paling berharga”. Kutipan tersebut menggambarkan kondisi masyarakat salah satu RT (rukun tetangga) X di Panjang Jiwo, Surabaya. Sebagian masyarakat RT X memiliki kesadaran yang minim dalam menjaga kesehatan. Latar belakang sosial dan ekonomi menengah ke bawah juga menjadi salah satu faktor yang membuat masyarakat RT X kurang sadar untuk menjaga kesehatan.

Berbagai penyakit yang umum diderita masyarakat RT X adalah penyakit jantung, kadar kolesterol tinggi, hipertensi, maag, diabetes, dan penyakit serius lain. Setelah ditelusuri, salah satu faktor penyebab munculnya berbagai penyakit tersebut adalah gaya hidup tidak sehat, khususnya pengolahan makanan yang tidak higienis.

Sebagian besar masyarakat RT X lebih sering menggoreng daripada memasak dengan teknik lain. Terlebih lagi, sebagian besar masyarakat RT X enggan mengganti minyak goreng saat memasak. Masyarakat menggunakan minyak bekas pakai untuk kebutuhan memasak sehari-hari. Alasannya beragam, mulai dari faktor ekonomi yang dinilai lebih hemat apabila menggunakan minyak bekas pakai, menggoreng dinilai lebih praktis daripada teknik memasak lain, hingga kebiasaan mengonsumsi gorengan.

Baca Juga: Filantropi: Orkestra Kebaikan Semu Atau Nyata?

Kondisi tersebut membuat dua mahasiswa magister psikologi profesi Universitas Surabaya, Setyani dan Bagus, melakukan penyuluhan “Makazi Banyak” atau makanan bergizi bebas minyak di RT X. Berbeda dengan penyuluhan pada umumnya, kedua mahasiswa ini menggunakan pendekatan komunitas dalam memberikan materi penyuluhan. Tidak dilakukan secara pribadi atau kelompok, penyuluhan yang berbasis komunitas nyatanya efektif digunakan untuk mengubah perilaku sebagian masyarakat RT X untuk beralih dari memasak menggunakan teknik menggoreng menggunakan minyak bekas pakai menjadi menggunakan alternatif lain seperti mengukus atau merebus. Berikut ini tips yang dapat diterapkan dalam melakukan intervensi komunitas.

  1. Temui stake holder yang berpengaruh

Langkah pertama adalah temui orang-orang yang berpengaruh di sebuah komunitas. Lakukan wawancara mendalam terkait permasalahan yang ada. Libatkan orang-orang yang berpengaruh untuk berdiskusi tentang masalah, harapan, dan alternatif solusi yang dapat dilakukan.

  1. Pilih orang-orang sebagai agen perubahan

Setelah berdiskusi dengan orang-orang yang berpengaruh di komunitas, langkah berikutnya adalah libatkan orang-orang yang nantinya akan berperan sebagai agen perubahan. Orang yang berperan sebagai agen perubahan ini yang nantinya mengikuti penyuluhan dan bertugas menyebarkan informasi penyuluhan pada masyarakat di sekitar lingkungannya. Libatkan agen perubahan dengan mengajak berdiskusi tentang masalah serta alternatif solusi yang memungkinkan.

  1. Gunakan bahasa yang mudah dipahami

Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh lingkungan masyarakat yang akan diberikan penyuluhan. Penggunaan bahasa yang mudah dipahami tidak terlepas dari pengetahuan kita tentang latar belakang pendidikan, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat setempat.

  1. Berperilaku yang dapat diterima

Tidak hanya bahasa yang mudah dipahami, sikap dan perilaku kita juga harus dapat diterima. Kita perlu mempelajari latar belakang pendidikan, sosial, ekonomi, dan sosial budaya serta perilaku yang diharapkan oleh anggota komunitas.

Baca Juga: Bahaya Self-diagnose

  1. Materi yang sederhana

Materi yang disusun hendaknya sesederhana mungkin namun tetap menarik. Gunakan media-media yang membantu seperti poster, gambar-gambar tertentu, leaflet, atau media lain. Cara penyampaian materi pun perlu diperhatikan. Cara penyampaikan materi akan lebih optimal apabila menggunakan aktivitas yang melibatkan peserta penyuluhan seperti diskusi, role play/ bermain peran, dan game/ permainan.

  1. Ajarkan cara menyebarkan informasi pada agen perubahan

Hal ini yang membedakan penyuluhan berbasis komunitas dengan penyuluhan pada umumnya. Peserta penyuluhan nantinya berperan sebagai agen perubahan yang bertugas menyebarluaskan informasi penyuluhan pada masyarakat di sekitarnya. Oleh sebab itu, peserta penyuluhan perlu dibelaku dengan keterampilan untuk menyampaikan informasi pada orang lain.

Berdasarkan hasil penyuluhan “Makazi Banyak” yang berbasis komunitas lebih efektif dibanding penyuluhan pribadi atau kelompok. Hal ini disebabkan karena penyuluhan berbasis komunitas dapat mencakup banyak orang dan memanfaatkan sumber daya manusia yang ada di lingkungan komunitas itu sendiri.


Silahkan login di facebook dan berikan komentar Anda!