Ekspose Mengulas Psikologi Politik

Motivasi Syekh Mustafa al-Gholayain untuk Generasi Milenial (2) : Nasionalisme

Juni 25, 2019

author:

Motivasi Syekh Mustafa al-Gholayain untuk Generasi Milenial (2) : Nasionalisme


Sukma.co – Baru-baru ini pasca pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden serta penetapan oleh KPU banyak diperbincangkan tentang penangkapan para tokoh atas dugaan kasus makar. Diantara mereka yang terlibat dugaan kasus makar adalah Kivlan Zen, Permadi, Lieus Sungkharisma, dan Eggi Sudjana. Munculnya dugaan kasus makar yang dilakukan oleh beberapa tokoh tersebut diatas bisa jadi merupakan salah satu tolak ukur menipisnya jiwa nasionalisme. Gerakan makar yang dilakukan tersebut adalah suatu bentuk ketidakpercayaan terhadap pemerintahan, yang mestinya dijunjung tinggi sebagai pengemban amanah rakyat.

Berbicara tentang nasionalisme Syekh Mustafa al-Ghalayain telah memiliki resep yang beliau tulis dalam karyanya yang berjudul “Idhotun Nasyiin”. Syekh Mustofa al-Gholayain adalah seorang sastrawan dan wartawan. Nama lengkap beliau adalah Syekh Mustofa bin Muhammad bin Salim bin Muhyiddin bin Musthofa al Gholayain. Beliau mengasuh rubrik di koran “al-Mufid” di Libanon yang bernama “rubrik idhotun nasyiin” dengan nama samaran atau nama pers “Abu Fayyad”. Seiring berjalannya waktu dan keinginan dari pembaca kemudian oleh beliau di jadikan kitab kemudian disebarkan di kalangan generasi muda umat dewasa ini dengan harapan agar menjadi penerang dan petunjuk bagi generasi muda.

Dalam sejarah perjuangan di Indonesia kitab ini dikaji oleh para kiyai dan santri-santrinya untuk mengobarkan patriotisme guna memberangus penjajah Belanda. Karena kitab ini dianggap membahayakan bagi pemerintah Belanda pada waktu itu, maka Belanda melarang kitab tersubut beredar dan membubarkan kajian kitab tersebut. Namun karena para kiyai mengajarkannya di desa sehingga Belanda kesulitan untuk melakukan swiping.

Al-Wathoniyah atau Nasionalisme

Al-Golayain berpendapat bahwa nasionalisme sejati adalah kecintaan seseorang terhadap negara dan berusaha untuk melakukan kebaikan demi negara dan demi kepentingan negara. Sementara seorang nasionalis sejati adalah mereka yang rela mati demi tegaknya negara dan rela sakit demi kebaikan rakyatnya.

Perlu diingat bahwa negara memiliki beberapa hak yang harus dipenuhi oleh penduduknya. Beliau mencontohkan bahwa seorang anak benar-benar dianggap anak yang sebenarnya apabila dia telah melaksanakan kewajiban-kewajiban terhadap orang tuanya. Demikian juga dengan seorang putra bangsa, dia tidak bisa disebut putra bangsa yang baik kecuali dia mau bangkit, sanggup memikul beban berat dan memiliki tanggung jawab untuk mengabdi kepada bangsanya. Selain itu yang harus dilakukan adalah mempertahankan negara dari rongrongan provokator dan membendung usaha-usaha para penghianat atau pejuang-pejuang palsu.

Baca Juga: Motivasi Syekh Mustafa al-Gholayain untuk Generasi Milenial (1)

Adapun diantara kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang putra bangsa adalah meningkatkan jumlah orang terpelajar yang bermoral tinggi dan baik. Upaya ini tidak akan terwujud kecuali dengan mengorbankan harta dengan niat “untuk kemaslahatan umum”, mendirikan Lembaga Pendidikan dan menghembuskan semangat nasionalisme pada pelajar. Dari pemuda yang terpelajar tersebut akan keluar ide, gagasan dan upaya untuk menegakkan kehidupan ummat. Apabila kaum terpelajar dan terdidik dengan pendidikan yang benar melibatkan diri dalam kehidupan sosial, maka sangat mungkin diantara mereka dipastikan ada yang membuat kejutan hebat, bahkan belum pernah terbayang dalam benak pikiran manusia sebelumnya.

Selanjutnya al-Ghalayain menjelaskan bahwa cinta tanah air merupakan tabiat atau naluri yaitu sifat yang melekat pada diri setiap orang yang tidak mungkin setiap orang mengingkarinya, kecuali orang pembohong dan yang cemas jiwanya. Jiwa pembohong dan cemas inilah yang memalingkan seseorang dari cinta tanah air, hal ini terjadi karena Pendidikan yang salah dan cara berfikir yang salah.

Untuk menumbuhkan nasionalisme beliau berpesan pada generasi muda agar bangkit, giat menuntut ilmu, dan melawan dengan akhlaq yang terpuji sebagaimana yang telah diajarkan oleh para pendahulu kita. Selanjutnya beliau berpesan agar generasi muda berhati-hati terhadap penghianat perjuangan, waspada terhadap jebakan-jebakan yang mereka buat serta menyadari kejahatan-kejahatan atau perbuatan makar mereka. Hal ini disebabkan perbuatan tersebut adalah penyakit negeri yang sangat berbahaya serta racun yang mematikan. Perlu diingat bahwa tidak ada yang menyebabkan negara ini menjadi hancur berantakan kecuali perbuatan para penghianat dan pejuang-pejuang palsu karena mereka adalah musuh yang paling jahat dan penyakit yang berbahaya.


Silahkan login di facebook dan berikan komentar Anda!