Ekspose Konseling Mengulas

Trauma Healing Dalam K-Drama It’s Okay Not To Be Okay

Maret 11, 2021

Trauma Healing Dalam K-Drama It’s Okay Not To Be Okay


Selain mengangkat tema kesehatan mental (mental ilness), drama It’s Okay Not To Be Okay menampilkan beberapa metode trauma healing yang layak untuk dipelajari. Metode trauma healing yang diangkat dalam K-Drama ini diantaranya Butterfly Hug, Flooding (Pembanjiran), dan Cognitive Behavior Theraphy (CBT).

Butterfly Hug

Pada episode 2 ketika Ko Moon-young marah dan ingin melukai orang lain. Gang-tae mengajarkan metode butterfly hug untuk meredakan emosinya. Ia meminta Moon-young untuk memeluk dirinya sendiri dengan menyilangkan kedua tangan dan meletakkannya di pundak sembari menepuk-nepuknya. Kemudian Moon-young diminta untuk menutup mata, memfokuskan diri, serta menarik dan membuang nafas secara perlahan dengan menggunakan teknik pernafasan perut. 

Metode butterfly hug atau pelukan kupu-kupu merupakan bentuk stimulasi mandiri untuk meredam rasa cemas dan membuat diri menjadi lebih tenang. Metode ini dikembangkan oleh Lucina Artigas dan Ignacio Jarero ketika menolong para korban yang selamat dari badai besar di Acapulco, Meksiko tahun 1998. Namun perlu diingat bahwa butterfly hug hanya meredakan perasaan cemas dan memberikan ketenangan dalam sementara waktu. Apabila terjadi serangan panik, gangguan kecemasan, dan kembalinya pengalaman traumatis di masa lalu, jangan ragu-ragu untuk meminta bantuan pada psikolog maupun psikiater.

Flooding (Pembanjiran)

Pada episode 3 dan 4 menghadirkan penampilan dari Kwak Dong-yeon sebagai salah satu pasien di Rumah Sakit Jiwa OK. Ia berperan sebagai Kwak Ki-do, seorang putra politisi yang memiliki gangguan mental serta seringkali melakukan tindakan ekshibisionisme dengan memperlihatkan alat kelaminnya pada beberapa perempuan.

Pada suatu hari ia kabur dari rumah sakit jiwa dan mengacaukan kampanye ayahnya dan membuat keributan. Kaburnya Kwak Ki-do tidak lepas dari tindakan gilanya Moon-young. Ki-do kabur dari RSJ dan menghadang mobil Moon-young yang baru saja tiba di RSJ. Hingga akhirnya Moon-young meminta Ki-do untuk menaiki mobilnya dan menurunkan Ki-do di tempat kampanye ayahnya. Disanalah, Ki-do meluapkan segala perasaannya yang terpendam selama ini  dalam panggung kampanye ayahnya. Tanpa disadari, Moon-young telah melakukan metode flooding (pembanjiran) pada Ki-do. 

“Aku anak bungsu Kwon Man-su. Aku memiliki penyakit mental. Aku anak yang memalukan keluargaku. Lihatlah, setiap orang di keluargaku termasuk orang tuaku, saudara kandungku, dan sepupuku masuk ke jurusan Hukum Universitas Seoul. Aku orang terbodoh di keluargaku.  Tapi itu bukanlah kesalahanku. Aku hanya lahir dengan sedikit bodoh, tapi dia memukulku karena aku tidak mendapatkan nilai yang bagus. Dia meremehkanku karena aku tidak bisa mengerti dengan baik. Dia mengurungku karena menyebabkan masalah.” 

“Maksudku, aku juga anaknya. Tapi dia memperlakukanku seperti aku tidak terlihat. Aku hanya ingin perhatiannya. Aku ingin dia melihatku. Jadi aku melakukan banyak hal gila untuk menarik perhatiannya. Aku akhirnya jadi gila!” Ucap Kwak Ki-do dalam kampanye ayahnya.

Terapi flooding ialah salah satu teknik terapi dengan menghadapkan individu secara langsung dengan sumber ketakutan. Sumber ketakutan pada Ki-do selama ini ialah keluarganya, keluarganya menolak keberadaan Ki-do yang mengalami gangguan mental. Ayahnya yang merupakan seorang tokoh politik di Korea Selatan menyembunyikan keberadaan Ki-do yang dianggap dapat menodai karir politiknya. Setelah meluapkan segala emosi dan perasaan yang dipendamnya selama ini, Ki-do merasa bahagia. Kini ia bisa tampil dihadapan publik dan memberitahukan pada semua orang mengenai identitas keluarganya. 

Cognitive Behavior Theraphy (CBT)

Terakhir metode trauma healing yang diangkat dalam drama ini ialah Cognitive Behavior Theraphy (CBT). CBT merupakan salah satu metode trauma healing yang sering digunakan oleh psikolog maupun psikiater untuk mengatasi trauma, dalam hal ini Direktur RSJ OK Oh Ji-wang menerapkannya pada Sang-tae yang memiliki ketakutan pada kupu-kupu. Metode CBT berfokus pada memahami pola pikir seseorang serta mengubahnya menjadi lebih baik, setidaknya dalam menerapkan metode CBT ada 3 hal yang harus dilakukan:

  • Mengajak untuk mengenali pikiran negatif yang dimiliki

Tahap pertama untuk memulai terapi ini ialah Direktur Oh mengajak Sang-tae untuk menceritakan peristiwa pembunuhan yang terjadi pada ibunya sewaktu ia remaja. Ia diminta menceritakan secara detail tragedi tersebut serta detail kupu-kupu yang menjadi sumber trauma Sang-tae. Hingga pada akhirnya terungkaplah bahwa kupu-kupu yang dimaksud ialah bros kupu-kupu yang dikenakan oleh pembunuh bukan hewan kupu-kupu.

  • Mengajak untuk melihat sumber trauma dari sudut pandang yang berbeda

Tahap kedua ialah melihat sumber trauma dari sudut pandang yang berbeda. Bagi pelaku pembunuhan, bros kupu-kupu diartikan sebagai “psycho” yang bermakna orang yang kejam. Namun Direktur Oh mengatakan pada Sang-tae bahwa kupu-kupu dalam bahasa Yunani dapat diartikan sebagai “psyche” yang melambangkan penyembuhan. Karena dibandingkan kupu-kupu yang menyakitkan, masih banyak kupu-kupu baik yang membawa penyembuhan.

  • Mengajak untuk mencari cara menghadapi trauma

Pada tahap terakhir pelaksanaanya bisa dikolaborasikan antara CBT dan flooding. Direktur Oh meminta Sang-tae untuk menggambar mural taman di dinding rumah sakit, tentu dengan kupu-kupu yang turut menghiasi bunga-bunga di taman. Permintaan ini bukan hal yang mudah bagi Sang-tae, awalnya ia menolak dengan tegas untuk menggambar kupu-kupu dan memarahi Direktur Oh. Hingga akhirnya sedikit demi sedikit Sang-tae mulai belajar berdamai dengan traumatisnya. Ia cukup berhasil menggambar sketsa kupu-kupu di kertas, lalu perlahan-lahan ia mampu menggambar kupu-kupu dalam mural yang sudah ia lukis.

Baca tulisan saya lainnya “It’s Okay Not To Be Okay: K-Drama Bertema Kesehatan Mental!” selengkapnya di https://www.sukma.co/2447-2/


Silahkan login di facebook dan berikan komentar Anda!