Menyukai Habitat dalam Merintis Berbisnis
Sukma.co – Artikel saya yang lalu membahas kapan sebaiknya karir itu bisa tumbuh dan bagaimana mulai merawatnya. Pada kali ini saya mengulas bagaimana sebaiknya sebuah usaha dimulai ? Pembahasan kali ini saya racik dari berbagai hasil pengamatan selama dalam proses pemberdayaan masyarakat, diskusi, dan kesadaran terhadap pengalaman merintis bisnis kecil dan menengah.
Bagi masyarakat yang masih perlu belajar berdagang, utamanya remaja-remaja yang ingin berbisnis, apa yang sebaiknya diperhatikan dengan cermat agar bisa memulai bisnis. Pertama, yang penting adalah mindset (cara berpikir). Berbisnis berbeda dengan menjadi pekerja. Berbisnis membutuhkan mental mengawali dan terus menerus melakukan peremajaan cara berpikir, bersikap dalam memaknai usaha dan kemampuan bertahan dari situasi sulit atau di saat mendapatkan kemudahan.
Proses mengawali bisnis tidak bisa hanya bertumpu hal-hal enak dan aman, misalnya langsung untung banyak dan bisa membeli ini dan itu. Berbeda dengan bekerja untuk orang lain. Jikalau bekerja, kita hanya mengikuti standar yang telah ditentukan dan kita sudah memperoleh gaji. Bisnis dibutuhkan usaha yang gigih agar calon pengusaha mendapatkan keuntungan melalui cara meningkatkan kinerja sendiri. Semakin gigih, peluang meningkatkan nilai tambah laba semakin nyata, termasuk kemampuan bertahan dari situasi krisis dan mengambil solusi terhadap masalah bisnis. Begitu sebaliknya, di saat mendapatkan momentum bisnis, kita juga sedang diuji untuk bijak menyikapi keuntungan/keberhasilan dari gaya hidup batu.
Saya pernah menjumpai kasus, ada seseorang yang memulai bisnis nasi goreng. Dia sudah mulai menawarkan nasi gorengnya dari hubungan personal dan melalui media sosial. Awal mendapat order lumayan. Setiap hari mendapat 15 pesanan. Jumlah tersebut sangat positif bagi pemula karena mulai tahu siapa konsumennya. Namun disayangkan, berselang tiga hari dia berhenti dengan berbagai alasan. Salah satu alasannya adalah merasa waktunya habis digunakan untuk marketing dan memasak. Dia menghentikan proses melayani orderan. Selain alasan sulit mengelola waktu, ada alasan lain yakni merasa capek. Dia tidak meneruskan dan pilih menunggu bantuan modal dari penyandang dana agar segera bikin rombong untuk ditempatkan di lokasi tertentu.
Cara pikir dan kemauan yang terus berproses sejak dari hal-hal kecil dibutuhkan untuk memulai bisnis. Lantas menjalaninya dengan sabar dan terus mencari formula inovasi secara berkelanjutan adalah mental yang perlu dipupuk tiada henti.
Selain hal tersebut, ada hal kedua yang perlu diperhatikan yakni, menemukan habitatmu (passion/bakatmu) di apa dulu. Sejumlah orang yang memiliki pendidikan tinggi, tidak otomatis punya jiwa wirausaha. Kadang, ada yang lebih suka bekerja saja di tempat yang sistemnya sudah jalan, sehingga ketrampilannya langsung bisa diterapkan. Jika menyukai yang seperti ini, maka habitatnya ya sebagai pekerja, maka perlu berpikir ulang misalnya ingin berbisnis. Kalau lebih suka membuat, kadang terlalu lama berproses untuk menjadi marketing. Sebaliknya, jikalau lebih menyukai marketing, sangat sulit kalau harus memulai usaha dari membuat lebih dulu. Jika ada yang suka memproduksi dan sekaligus marketing, maka bisa disebut bakat bisnis lengkap (multi-talenta).
Sekali lagi, kesukaanmu di habitat apa! Temukan dan sukai dulu prosesnya. Jangan terlalu terburu-buru sukses atau ingin sukses instans jikalau memang bukan orang bermodal tebal dan pemberani. Lebih baik menyukai habitatnya dulu, lantas mengembangkan dengan penuh suka cita dulu sehingga melalui proses tersebut setiap orang bisa merasakan bagaimana membangun bisnis di awal karir. Kecintaan ini perlu dipupuk agar mampu membentuk mental tangguh. Sembari berproses teruslah berinovasi, ceritakan atau tunjukkan ke orang-orang terdekat sehingga anda semakin tahu respon orang di luar anda. Respon ini hampir sama dengan harapan konsumen terhadap sebuah produk yang anda miliki. Jikalau formulanya sudah konsisten (ajek), maka bisnis mulai dikembangkan ke lebih besar dan luas.
Penulis : Mohammad Mahpur
Editor : Redaksi