Mengenali Ciri dan Penyebab Toxic Relationship
Daftar Isi:
Sukma.co – Toxic relationship merupakan hubungan beracun yang menimbulkan banyak dampak negatif. Hubungan ini dapat terjadi diberbagai rentang usia, tidak terkecuali remaja. Tidak sedikit remaja yang merasakan pahitnya toxic relationship. Seperti yang diketahui bahwa usia remaja sedang mengalami pubertas sehingga mempengaruhi sifat emosional dalam dirinya. Remaja juga mulai memiliki ketertarikan untuk membangun hubungan romantis dengan lawan jenis. Saat remaja yang menjalin hubungan romantis dan memiliki kesulitan dalam mengelola emosinya, toxic relationship dapat terjadi. Sayangnya beberapa orang memilih bertahan dalam hubungan yang toxic karena berpikir pasangannya akan berubah, akan bertanggung jawab terhadap hubungannya, terlalu takut akan penolakan, ketergantungan terhadap pasangan, dan lain sebagainya. Rasa nyaman yang berlebihan juga membuat seseorang juga memilih bertahan dalam toxic relationship. Padahal toxic relationship yang dijalani akan berpengaruh buruk pada kesehatan mental.
Pengetahuan tentang faktor dan ciri toxic relationship perlu diketahui bersama sehingga lebih mudah untuk mendeteksi dini hubungan yang tidak sehat. Berikut ini merupakan faktor dan ciri toxic relationship.
Faktor Keluarga
Keluarga dapat menjadi faktor utama terjadinya toxic relationship. Beberapa orang berpikir bahwa keluarga adalah tempat berlindung dan tempat bertukar cerita justru menjadi suatu tempat yang sangat tidak nyaman. Ciri keluarga yang toxic sebagai berikut:
1. Suka mengkritik dan menyalahkan
Terkadang ada beberapa keluarga yang sering mengkritik dan menyalahkan sesama anggota keluarga. Pemikiran bahwa keluarga berhak mengkritik sesama keluarganya tanpa memikirkan pembicaraan tersebut dapat menyakiti dan berdampak negatif kepada orang lain merupakan salah satu faktor yang menyebabkan toxic relationship.
2. Sering membanding-bandingkan
Adanya pembandingan antaranggota keluarga seperti perbandingan antara adik dengan kakak, mungkin karena kakaknya yang sudah sukses dan sang adik yang belum sukses sehingga terkadang beberapa orang tua membandingkan anaknya. Para orang tua juga awalnya berniat untuk memberikan contoh yang baik kepada anaknya tetapi mereka lupa bahwa jalan kesuksesan setiap anak berbeda sehingga terkadang dari perbedaan itu membuat anak tidak nyaman dalam menjalani kehidupannya.
3. Berperilaku kasar secara verbal ataupun fisik
Saat ini banyak kasus perilaku kasar di dalam keluarga seperti para ayah/ibu yang melukai anaknya karena hal yang tidak masuk akal. Hal ini juga bisa berawal dari keterbiasaan orang tua memukul anaknya atas kesalahan kecil. Padahal seringkali anak akan meniru/ mencontoh perilaku orang tua.
Faktor Hubungan
Hubungan yang terlihat harmonis tidak selamanya sama dengan kenyataan. Terkadang di dalam hubungan terdapat beberapa masalah yang menjadikan antara kedua belah pihak tidak menyadari bahwa mereka sedang berada di dalam toxic relationship. Hal ini terjadi biasanya terjadi karena mereka selalu menganggap situasi itu menjadi hal yang lumrah dalam suatu hubungan. Padahal tanpa disadari hal ini akan mengakibatkan trauma yang sangat mendalam dan rusaknya mental seseorang. Berikut ini ciri hubungan yang toxic.
1. Persaingan Tidak Sehat
Sebenarnya, persaingan umum terjadi di setiap hubungan seperti persaingan pekerjaan, persaingan derajat, dan yang lainnya. Persaingan yang tidak sehat akan menimbulkan toxic dalam suatu hubungan, perpecahan, dan rasa selalu ingin lebih dominan dari yang lainnya.
2. Sikap Pasif Agresif
Sikap agresif dapat menimbulkan beberapa dampak di dalam hubungan. Perilaku agresif ini seperti terlalu banyak menilai pasangannya, terlalu banyak aturan di dalam hubungan, dan terlalu banyak larangan. Kondisi ini berdampak pada kurangnya kepercayaan dalam suatu hubungan.
3. Cemburu Atas Nama Cinta
Dalam hubungan memang harus didasarkan dengan kepercayaan jika sudah hilangnya kepercayaan dengan pasangan akan mengakibatkan kecemburuan yang berlebihan. Saat kepercayaan sudah tidak ada, hubungan akan toxic. Contohnya seperti jika pasangannya memiliki sahabat yang lawan jenis, lalu ia selalu marah jika pasangannya terlalu dekat dengan sahabatnya padahal jika mereka saling menjaga kepercayaan tidak akan terjadi kecemburuan.
Toxic relationship biasanya terjadi karena terlalu bertahan di dalam suatu hubungan yang tidak sehat. Ada juga yang dikarenakan trauma di masa lalu yang menjadikan diri seseorang terlalu waspada terhadap hubungan yang sedang dijalankan sehingga tidak merasa bahwa dirinya mengakibatkan terjadinya toxic relationship. Bahkan ada juga yang berawal dari rasa takut yang berlebihan untuk kehilangan pasangannya sehingga terlalu mengkritik dan menilai pasangannya secara berlebihan yang membuat pasangannya tidak percaya diri dan tidak nyaman karena terlalu banyak aturan di dalam hubungan.
Semua orang dapat keluar dari hubungan ini jika mereka mau mencoba untuk menjauhi hal-hal yang tidak baik untuk dirinya. Satu langkah awal yang harus ditanamkan di pokiran adalah sebelum mencinta orang lain, hendaknya kita mampu mencintai diri sendiri terlebih dulu. Saat belum bisa mencintai diri sendiri, biasanya orang akan terjebak dalam hubungan yang tidak sehat atau mengizinkan diri terus merasakan sakit akibat toxic relationship. Langkah berikutnya adalah menyadari bahwa kita pantas untuk mendapatkan yang lebih baik dan mencari tempat baru yang dapat menghargai keberadaan kita.
Penulis: Juniar Dwi Anggraini, penulis dapat di hubungi melalui akun media sosial IG: @juniar
Editor : Setyani Alfinuha