Ekspose Mengulas Parenting

Gaya Pengasuhan K-Drama Sky Castle Dalam Perspektif Psikologi

Juni 23, 2019

Gaya Pengasuhan K-Drama Sky Castle Dalam Perspektif Psikologi


Sukma.co – Beberapa bulan yang lalu saya berhasil menuntaskan rasa penasaran saya akan salah satu drama terbaik di Korea Selatan “Sky Castle”. Mengapa saya bilang terbaik? karena memang drama ini menduduki rating tertinggi untuk drama TV berlangganan yang sebelumnya dipegang oleh drama “Reply 1988”. Terlebih pada drama ini mengangkat isu-isu sosial pada kalangan atas yang sangat relevan dengan kehidupan masyarakat Korea Selatan saat ini.

Diceritakan pada drama ini terdapat 4 keluarga dengan problematika yang berbeda-beda, yakni keluarga dr. Kang, Prof. Cha, dr. Woo, dan dr. Hwang. Tiga dari empat orang ini kesemuanya berprofesi sebagai profesor dokter di sebuah rumah sakit terbaik di Korea Selatan, sedangkan Prof. Cha berprofesi sebagai profesor di bidang hukum sekaligus seorang mantan jaksa. Sudah bukan rahasia lagi bahwa dokter dan jaksa menjadi profesi yang sangat diidam-idamkan oleh berbagai pelajar dan orang tua di Korea Selatan. Profesi ini pula yang mampu menaikkan kasta sosial dalam sistem masyarakat.

Keluarga dr. Kang Joon Sang

Gambar diunduh di google.com

Keluarga dr. Kang Joon Sang merupakan keluarga dengan garis keturunan dokter, ayahnya merupakan seorang Presdir rumah sakit sedangkan dr. Kang sendiri merupakan seorang profesor spesialis tulang dan sendi. Sedangkan istrinya, Han Seo Jin merupakan seorang wanita yang perfectsionis, ambisius, serta misterius. dr. Kang memiliki dua putri, Kang Yeh Suh dan Kang Yeh Bin. Kedua putrinya sangat bertolak belakang, Yeh Suh yang penuh ambisi dan senang dalam belajar. Sedangkan Yeh Bin yang santai dan tidak senang belajar. Dikarenakan dr. Kang tidak memiliki anak laki-laki, maka untuk meneruskan garis keturunan dokter tiga generasi dibebankan pada anak perempuan pertamanya, Kang Yeh Suh.

 Semenjak kecil, kedua orang tua Yeh Suh telah mengupayakan pendidikan terbaik untuknya sehingga ia mampu berprestasi dan mendapatkan berbagai penghargaan guna menambah poin plus untuk ia melanjutkan pendidikan di Fakultas Kedokteran Seoul National University. Terbukti ketika di sekolah, Yeh Suh seringkali mendapatkan peringkat 1 dalam angkatannya. Selain itu apapun Seo Jin lakukan untuk menjadikan Yeh Suh dokter 3 generasi, termasuk menyembunyikan identitas masa lalunya. Hal ini ia lakukan untuk membuat anak-anaknya menjadi anak yang sukses tanpa cela sedikitpun.

Kang Yeh Suh memiliki prestasi akademik yang bagus, namun hal ini tidak sejalan dengan perilaku Yeh Suh yang tumbuh menjadi anak yang egosentris, tidak patuh, kurang menghormati orang lain, tidak mudah bersosialisasi, dan hanya terfokus pada ambisinya untuk menjadi mahasiswi Kedokteran Seoul National University. Terlebih gaya pengasuhan yang diterapkan kepada Yeh Suh bersifat memanjakan (indulgent parenting) dimana ibunya sangat terlibat penuh dengan pendidikan dan masa depan Yeh Suh, namun kurang memberikan tuntutan atau kendali yang kuat terhadap perilakunya. Untuk memasukkan Yeh Suh di Fakultas Kedokteran Seoul National University, Seo Jin mempekerjakan konsultan pendidikan yang nantinya akan membawa petaka bagi siswa tersebut maupun keluarga mereka setelahnya. Hal ini ia lakukan karena Yeh Suh sudah terbutakan oleh ambisinya untuk menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Seoul National University, dan akan melimpahkan segala kesalahan apabila Seo Jin memberhentikan konsultan pendidikan tersebut sehingga menjadikannya gagal menjadi mahasiswa Fakultas Kedokteran Seoul National University.

Sama halnya dengan Yeh Suh, Han Seo Jin juga melakukan hal apapun untuk membuat Yeh Bin anak yang sukses tanpa kesalahan. Termasuk menutupi dan mewajarkan perilaku Yeh Bin yang mencuri jajanan di Minimarket pada saat jam istirahat dengan dalih untuk melampiaskan stres belajarnya. Daripada memberikan pengertian dan hukuman kepada Yeh Bin atas tindakan pencuriannya, Seo Jin malah memberikan uang kepada petugas Minimarket sebagai bentuk kompensasi sekaligus memintanya untuk menghapus rekaman CCTV atas perilaku pencurian Yeh Bin. Hal ini ia lakukan bukan tanpa alasan, ia ingin anak-anaknya fokus dalam belajarnya dan tidak memikirkan hal-hal apapun selain belajar.

Keluarga Prof. Cha Min Hyuk

Gambar diunduh di google.com

Jika keluarga dr. Kang hadir dengan gaya pengasuhan memanjakan, keluarga Prof. Cha Min Hyuk tampil dengan gaya pengasuhan otoritarian (authoritarian parenting) yang bersifat tegas dan kaku. Prof. Cha menganalogikan bahwa kehidupan masyarakat bagaikan sebuah piramida. Barangsiapa yang tidak mampu berjuang akan kerasnya hidup, maka ia akan menghuni tingkatan terbawah piramida yang hidupnya akan selalu terinjak-injak oleh orang lain yang lebih berkuasa. Sebaliknya, jika tidak ingin terinjak-injak maka manusia haruslah berusaha untuk mencapai tingkatan piramida teratas. Menjadi seseorang yang berkuasa, tidak terinjak oleh orang lain, dan menduduki tingkat piramida teratas merupakan harapan Prof. Cha terhadap anak-anaknya kelak.

Untuk mewujudkan hal tersebut Prof. Cha mendesak anaknya untuk mematuhi apa yang diperintahkannya, termasuk masalah pendidikan yang menjadi fokus utamanya. Prof. Cha sangat bangga atas pencapaiannya mendidik putri pertamanya, Cha Se Ri karena ia menjadi salah satu mahasiswi Harvard University. Hal ini berdampak pula kepada putra kembarnya, Cha Seo Joon dan Cha Ki Joon yang diharapkan dapat lolos di universitas terbaik di Korea Selatan. Karenanya Prof. Cha menyiapkan ruang belajar khusus yang tenang, tetutup, dan kedap suara serta menerapkan sistem pembelajaran yang keras, kaku, dan tidak segan untuk memukul jika putranya tidak bisa menjawab soal.

Singkat cerita Cha Se Ri telah menipu keluarganya dengan menjadi mahasiswi Harvard, hal ini ia lakukan karena semata-mata tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Ketiga anak Prof. Cha tumbuh menjadi anak yang tidak bahagia karena paksaan untuk berada dalam puncak piramida, tertekan dengan ambisi ayahnya, takut jika ayahnya marah, serta tidak memiliki inisiatif untuk mengutarakan pendapat dan perasaannya kepada sang ayah.

Keluarga dr. Hwang Chi Young

Gambar diunduh di google.com

Berbeda dengan gaya pengasuhan dr. Kang dan Prof. Cha, gaya pengasuhan keluarga dr. Hwang Chi Young jauh lebih demokratis dengan gaya pengasuhan otoritatif (authoritative parenting). Hwang Woo Joo, anak dari dr. Hwang tumbuh menjadi pribadi yang hangat, riang-gembira, memiliki kendali diri, percaya diri, memiliki prestasi yang baik, serta mampu mempertahankan relasi persahabatan dengan kawan-kawan sebayanya. Hal ini tidak lain karena peran dr. Hwang dan istrinya, Lee Soo Im menempatkan dirinya sebagai orang tua sekaligus teman berbagi cerita yang memberikan kesempatan kepada Woo Joo untuk berdialog secara verbal mengenai apa yang ia rasakan. Ketika Woo Joo memutuskan berhenti sekolah untuk berpetualang mencari jati dirinya ke luar negeri, dr. Hwang dan istrinya sempat menolak keinginan sang anak. Akan tetapi mereka tetap memberikan kesempatan kepada Woo Joo untuk menjelaskan apa alasan yang mendasarinya dan apa yang ingin ia peroleh dengan pergi ke luar negeri.

Dibandingkan keluarga lainnya yang mendorong anak-anaknya untuk memasuki universitas ternama, dr. Hwang memberikan Woo Joo kebebasan seluas-luasnya akan impiannya di masa depan. Hal ini berimbas pada sikap Woo Joo dimana ia memilih untuk belajar mandiri dirumah dibandingkan dengan mengikuti kursus-kursus tambahan di tempat bimbingan belajar seperti yang dilakukan teman-teman seusianya. Meskipun demikian, Woo Joo merupakan siswa yang berprestasi di sekolah dan juga ia begitu di sukai oleh teman-temannya.

Keluarga dr. Woo Yang Woo

Gambar di unduh di google.com

Selaras dengan keluarga dr. Hwang, keluarga dr. Woo Yang Woo pada awalnya menganut gaya pengasuhan otoritarian (authoritarian parenting). Istri dr. Woo, Jin Jin Hee ingin sekali menjadikan putra semata wayangnya, Woo Soo Han untuk menjadi seorang dokter seperti ayahnya. Woo Soo Han tidak pandai dalam belajar, akan tetapi Jin Hee selalu menekankan Soo Han untuk mendapatkan nilai yang bagus sehingga bisa memasuki sekolah favorit. Setiap tiap kali Soo Han mendapatkan nilai jelek ia seringkali merasa takut dan cemas ketika sang ibu memarahinya. Hal ini diperparah dengan sikap Jin Hee yang sering membandingkannya dengan Kang Yeh Bin yang kemudian memicu Soo Han untuk pergi meninggalkan rumah.  

Perginya Woo Soo Han meninggalkan rumah menjadi pukulan terberat bagi kedua orang tuanya, terutama Jin Hee. Selepas Soo Han kembali ke rumah, Jin Hee memberikan kesempatan untuk berdialog secara verbal untuk menyampaikan kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Disamping itu, Jin Hee berubah menjadi pribadi yang lebih hangat dan mengasuh. Dari sinilah kemudian keluarga dr. Woo mengasuh anaknya dengan pengasuhan otoritatif (authoritative parenting), mereka tidak lagi menekan Soo Han untuk belajar terus menerus, tidak mengejar nilai terbaik, serta tetap memberi batasan dan kendali atas tindakan-tindakan sang anak. Sehingga tidak ada lagi sosok Woo Soo Han yang tidak bahagia dan takut, Woo Soo Han kini tumbuh menjadi anak yang riang-gembira, percaya diri, mempertahankan relasi yang bersahabat dengan teman-temannya, kooperatif dengan orang dewasa, serta mampu mengatasi stres dengan baik.

Demikianlah gaya pengasuhan menurut Diana Baumrind (1971) yang ada dalam drama Korea “Sky Castle”. Drama ini banyak memberikan pesan moral yang relevan dengan kehidupan akademis para siswa di Asia pada umumnya. Jam sekolah yang lama, persaingan antar teman yang ketat, serta tuntutan dari orang tua akan pendidikan dan hasil pendidikan anak sangat mempengaruhi kondisi psikologis anak dalam belajar. Saya pribadi sangat setuju dengan gaya pengasuhan keluarga dr. Hwang yang demokratis. Mereka tidak memaksakan anaknya untuk menjadi seperti apa yang diinginkan kedua orang tuanya, karena sejatinya setiap anak memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Ada anak yang memang kemampuannya di bidang akademis sehingga senang dengan kegiatan belajar, namun ada pula yang tidak. Bahkan menurut Howard Gardner, kecerdasan anak ada 9 yakni cerdas spatial/gambar, linguistic/bahasa, logical/angka, kinesthetics/gerak, rhythmic/nada, intrapersonal/diri, interpersonal/sosial, naturalist/alam, dan existential/hidup. So, every child is special !

Menurut Anda, cerita dan gaya pengasuhan keluarga manakah yang menjadi favorit Anda? Oh iya! Sebelum diterapkan pada anak-anak Anda, baiknya kalau menonton dramanya terlebih dahulu biar mendapatkan gambaran yang lebih jelas. Selamat menonton yaa 🙂


Silahkan login di facebook dan berikan komentar Anda!