Menata Perwajahan Skala Psikologi
Sukma.co – Perwajahan skala psikologi penting diperhatikan. Ia menjadi bagian yang perlu juga dipenuhi dalam penggalian data psikologi, khususnya yang menggunakan skala psikologi. Sayang, perwajahan seringkali terabaikan karena didiskriminasi oleh kesibukan utama dalam memenuhi pengujian validitas dan reliabilitas butir dalam skala psikologi.
Meskipun di teori validitas, ia menjadi bagian dari unsur terpenuhinya mentalitas in time saat skala itu difungsikan, perwajahan yang bagus membikin moody, perwajahan yang tak karuan membikin badmood. Seperti anak cantik dan ganteng kalau pakaiannya lusuh tak akan menarik hati orang, tapi meskipun wajahnya pas-pasan, tetapi mampu berdandang modis, banyak yang apresiatif dan tertarik.
Woke deh. Peminggiran perwajahan skala psikologi nampaknya terjadi karena itu sudah menjadi urusan pribadi mahasiswa. Saat fokus utama pada penilaian validitas dan reliabilitas aitem muncul angka valid dan handal, perwajahan skala sering diabaikan. Ini juga terjadi pada saya. Entah apakah karena terlalu percaya saja pada mahasiswa dan itu kan urusan mereka, mau dicetak seperti apa saja bukan lagi urusan dosen. Itu hak prerogratif mahasiswa. Toh nilai valid-handalnya sudah terpenuhi. Apalagi perwajahan seperti ini tidak lazim dibobot secara nunerik (bukan MK Numerik Lo… hee). Apalagi kalau alasannya keterbatasan penelitian, yakni minimnya anggaran penelitian, apalagi masih mahasiswa, calon sarjana, anggaran menjadi pertimbangan penting.
Saat hari berlalu, bimbingan skripsi berlalu, dan mengamati lampiran skala penelitian, memori tentang perwajahan skala psikologi semakin ke sini kok semakin tidak menjumpai yang hiper layout dengan sentuhan artistik. Saya sering menguji dan menemukan lampiran skala yang layout wordnya saja kacau balau. Bahkan simbol respon seperti SS (Sangat Setuju), S (Setuju) dan lainnya hanya nampang di halaman pertama, sementara di halaman kedua sudah hilang entah ke mana, sehingga responden bisa kehilangan memori, “loh kolom ini pilihan responnya apa ya? Melihat ke atas juga tak kunjung ketemu.” Capek deh, kalau harus balik ke halaman muka lalu memilih respon ke halaman setelahnya begitu rupa.
Semoga itu hanya terjadi di tempat saya mengajar. Saya lantas merefleksikan dan mencoba membuat afirmasi mengenai perwajahan skala. Ada yang lolos dan ada yang menindaklanjuti secara serius. Bagi yang serius, saya minta satu arsif saya simpan di dalam kabinet. Eh, ini saya lakukan juga selain pada mahasiswa skripsi, juga tugas kelas Psikologi Sosial Ii saya untuk bisa dipastikan seluruh skala psikologinya tercetak lux. Saya agak memaksa sedikit deh. Maklum, generasi milenial cenderung instruktif dan super kontrol. Hasilnya saya kumpulkan dan menjadi dokumen yang saya namai, Skala Cabinet Corner. Semacam laboratorium atau perpus khusus mini melacak jejak tes psikologis gitu deh. Saya berpikir asyik. Bahkan dokumen ini bisa menjadi studi banding keragaman skill mahasiswa dalam memproduksi instrumen penelitian berbentuk skala, dari tahun ke tahum. Ada banyak manfaat administratif, keilmuan atau kebijakan.
Nah, bagi mahasiswa S1 Psikologi yang masih belajar pembuatan skala psikologi, mari kita pedulikan perwajahan skala Anda agar tidak dipinggirkan atau terdiskrimimasi oleh validitas dan kehandalan butir yang matematis. Nah, apa saja yang perlu diperhatikan agar perwajahan itu menjadi perhatian penting calon peneliti?
Berpikir bahwa peneliti telah menyita waktu orang lain, maka perwajahan adalah wujud kepedulian pada orang lain. Peduli pada orang lain itu sepertinya semakin langka pada generasi milenial. Gini saja deh, kita mendapatkan data itu seperti dapat bonus pulsa atau diskon online shop karena sebagian kebutuhan studi anda terbantu oleh kesediaan orang mengisi kuesioner tersebut. Ini kan diskon besar. Kita serobot waktu orang lain secara sukarela, tetapi kita tak menghargai orang itu. Seperti mau diskon onlime shop tapi ogah-ogahan imstall apikasinya. Hadeuh… egois bingit jadinya. Maka mudahkan dan senangkan orang lain dengan cetakan yang artistik skala Anda. Itu ya gaes..
Informatif dan terpandu secara jelas. Ini sudah menjadi tatacara ketika membuat skala, tapi kadang masih juga diabaikan. Jadi, buat wajah informasi dan panduan dengan seni layout yang baik. Minimal tidak ada tipo atau enter paragraf yang memusingkan responden. Perhatian terhadap tata letak yang mampu memberikan informasi cara mengerjakan skala menjadi mudah dipahami, berdaya tarik mengisi dan menuntaskan jawaban. Peneliti sebaiknya menghindari kesulitan peletakan antarhalaman atau antarmuka dalam setiap halaman yang menjadikan responden betah mengisinya.
Artistik dalam layout. Bikin cetakan skala psikologis anda dengan tata-letak yang menarik, baik cara penempatan komposisi dalam setiap halaman atau jenis hurufnya dipilih huruf yang menarik, jelas dan ukurannya ramah dengan semua orang atau ramah pada responden yang menjadi sampel. Responden yang umurnya lebih tua, tentunya membutuhkan layout lebih nampak besar. Sesuaikan hurufnya dengan usia responden agar mereka langsung tertarik dan mudah membacanya. Bisa jadi lo, layout anda dibuat menarik dengan warna-warni atau peraga digital. Alih-alih sekarang kan zaman kecerdasan buatan, boleh jadi skala Anda diubah dalam bentuk animasi atau program-program unik dalam menyajikan skala. Semakin orang tertarik pada skala Anda, semakin dia secara sukarela mengisi dan akan mendorong responden memberi respon dengan lebih otentik, tidak asal-asalan. Bila perlu, bikin cetak skala Anda seperti buku, leafleat atau model lain yang sekiranya tetap berada dalam kaidah skala yang tampangnya tidak mengganggu isinya. Meskipun secara digital, banyak skala yang dimigrasikan dalam bentuk online, tetap saja editing dan layout online menjadi penting. Silahkan diatur sedemikian rupa dan tidak asal memasang di google form tetapi mengindahkan keluaran yang tidak sedap dibaca.
Menampilkan perwajahan peneliti yang ramah dan supel. Terakhir tidak kalah penting untuk diperhatikan adalah wajah peneliti sendiri. Sadari sejah sebelum meminta orang lain meneliti, responden menjadi subyek yang otonom, bahkan responden boleh lo menolak membatalkan keterlibatannya ketika dia merasa tidak berkenan, apalagi merugi. Ini penting dihayati, kesediaan responden adalah harga yang perlu dihargai dan dihormati posisinya. Responden mau bersusah payah membuka diri untuk menyelaraskan kenyataan dirinya sesuai dengan kemauan dari respon skala psikologi. Jika tidak dihargai maka kita sebenarnya telah melanggar hak merdeka orang lain.
Maka pada akhirnya peneliti didorong menjadi sosok yang peduli, ramah dan menyapa dalam situasi yang menyenangkan. Tidak ada wajah peneliti cemberut. Nah, mari sebelum menyebar skala, ada baiknya becermin dan mencoba mengoreksi gestur wajah kita, tutur verbal atau melalui surat elektronik, heeee…. Apakah kita terkesan ramah, atau sebaliknya. Semua juga menentukan kualitas mood-nya responden yang menentukan kualitas data penelitian. Semoga terjadi pencerahan.