Ketika tontonan menjadi tuntunan, apa dampaknya?
Sukma.co – Banyak sekali netizen yang dikagetkan oleh berita tentang penangkapan para publik figur mereka dengan kasus narkoba. Bulan Juli 2019 ini, pihak kepolisian panen kasus narkoba artis, salah satunya adalah kasus narkoba yang menjerat Nunung beserta suami dan artis muda bernama Jefri Nichol. Pada kasus narkoba yang menjerat Nunung dan suami, pihak kepolisian dan penyidik menyergap mereka berdua di kediaman Nunung di Jakarta. Tri Retno Prayudati alias Nunung dan July Jan Sambiran saat rilis kasus di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (22/7/2019). Komedian Srimulat dan suaminya itu ditangkap pihak kepolisian dengan barang bukti sabu seberat 0,36 gram (Tribun News). Tentu saja pengagum artis kondang ini sontak kaget. Bahkan sahabat dari Nunung, Tarzan, mengatakan tidak menyangka Nunung menggunakan narkoba.
Tak lama berselang, giliran Jefri Nichol tertangkap pihak kepolisian dengan kasus yang sama, narkoba. Artis muda yang berparas tampan ini ditangkap di rumahnya di kawasan Kemang Jakarta Selatan dengan barang bukti ganja yang ia letakkan di atas lemari pendingin miliknya. Pihak kepolisian masih melakukan pendalaman terkait kasus Jefri Nichol terhadap kepemilikan narkoba jenis ganja yang ditemukan di rumahnya. Lalu pertanyaan yang muncul di banyak benak pemirsa setia publik figur Indonesia adalah siapa lagi tersangka selanjutnya?
Tindak perilaku kriminal dalam bentuk apapun, termasuk penyalah gunaan narkoba dapat menjerat siapapun. Hanya saja kita belum tau siapa yang akan terjangkit rasa candu yang disebabkan barang haram ini. Beberapa tahun yang lalu, seluruh stasiun televisi di negeri ini menayangkan penangkapan anak dari artis senior, Ridho Rhoma, putra dari Rhoma Irama. Ia ditangkap karena kasus yang sama, narkoba. Padahal bapak dari Ridho Rhoma merupakan salah satu dari banyak orang yang selalu mengkampanyekan perlawanan terhadap narkoba. Sungguh membuat banyak orang terkejut kala itu, “ko bisa ya?”. Jawabannya sama, narkoba bisa menjerat siapapun, bahkan publik figur sekalipun.
Bagaimana dampak psikologis dan penangananya?
Masalah yang kemudian muncul tersangka yang mengkonsumsi narkoba adalah publik figur yang selalu mencul dalam layar kaca dan menjadi tontonan sanak saudara. Para pengagum akan menirukan gaya hidup orang yang dikagumi demi terpuaskannya hasrat kekaguman mereka terhadap figur yang dikagumi. Hal yang paling menyedihkan adalah jika yang dikagumi kerabat kita adalah figur yang berperilaku melanggar hukum. Hal ini akan mengundang kekacauan kita karena tidak menutup kemungkinan kerabat kita yang mengagumi figur tersebut akan meniru perilakunya. Maka dari itu, kontemplasi dan pengukuran perlu dilakukan sebelum kita memutuskan untuk mengagumi seseorang.
Banyak sudah kasus pelanggaran hukum akibat figur yang menjadi tontonan ditiru oleh para penonton. Seperti pembunuhan akibat tayangan Smack Down, penembakan yang melayangkan nyawa manusia akibat game perang senjata api, dan lain sebagainya.
Berbicara soal tiru meniru, ilmuwan psikologi, Albert Bandura seorang ahli behavioristik mengungkapkan tentang teori modeling. Bandura dalam percobaannya “Baby Dol” mengungkapkan bahwa manusia akan cenderung meniru apa yang dilakukan oleh objek yang menjadi obsesi kita. Tak heran banyak orang tua yang khawatir jika anak-anak mereka mengkonsumsi narkoba karena meniru objek obsesinya yaitu para publik figur. Lalu bagaimana mengatasi kecemasan seperti ini?
Banyak hal yang bisa dilakukan, mulai dari mengganti objek obsesi dan tidak menjadikan tontotan sebagai tuntunan. Sebagai manusia yang peduli terhadap keluarga dan kerabat, kita harus terus memberikan dukungan untuk melawan penggunaan narkoba. Jika ada teman atau kerabat yang sudah terlanjur menggunakannya, maka yang harus kita lakukan adalah memberikan dukungan dan perhatian agar supaya mereka mau berbenah dan berhenti mengkonsumsi narkoba. Jika memang tidak dapat dihentikan perilaku penggunaan narkoba karena terlalu tinggi rasa candu yang dialami, maka kita bisa membantu mereka menyembuhkan diri dari narkoba melalui badan rehabiitasi narkoba, BNN.
Selain itu pembatasan terhadap pergaulan bebas perlu dilakukan. Mau tidak mau banyak kasus kriminal disebabkan karena tuntutan pergaulan. Kelompok teman memiliki standar masing-masing guna kepuasan kelompok tercapai. Akibatnya, sebagai unit kelompok kita mentaati aturan tak tertulis tersebut. Jika aturan itu merupakan perilaku yang berorientasi mendatangkan keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain, maka harus dikuatkan. Begitu sebaliknya, jika mendatangkan kerugian bagi diri sendiri dan orang lain maka harus dilawan, termasuk penyalah gunaan konsumsi narkoba.
Perlu difahami bahwa yang harus dilawan adalah perilaku, bukan pelaku. Semua pelaku yang terjerat kasus narkoba, termasuk para artis publik figur adalah manusia yang sama dengan yang lainnya yang juga memiliki kebutuhan pemuasan hasrat serta rasa penasaran yang tinggi. Mereka juga memiliki rasa jerah dan niat untuk memperbaiki diri mereka jika dirasa mereka tidak sedang berada dalam jalan kebaikan. Perilaku yang harus dilawan bukan berarti menjauhi mereka yang melakukan, bahkan mereka seharusnya membutuhkan banyak perhatian guna mendapatkan kepercayaan kembali dari masyarakat untuk mendukung perubahan diri mereka ke arah lebih baik lagi.