Ekspose Mengulas Psikologi Populer Sukma

FOOD PSYCHOLOGY DALAM K-DRAMA DINNER MATE

Maret 27, 2021

FOOD PSYCHOLOGY DALAM K-DRAMA DINNER MATE


Aku punya adegan film favorit, yaitu adegan pembukaan. Film Audrey Hepburn, “Breakfast at Tiffany’s”. Audrey turun dari taksi, dan berjalan seolah-olah dia menguasai dunia. Dan dia menatap ke toko perhiasan. Dia mencicipi rotinya dan menyesap kopinya. Aku suka adegan ini karena dia makan sendirian. Selain mengagumi perhiasan yang indah, dia menikmati rotinya tanpa gangguan dari siapa pun. Ini momen saat pandangan, indera perasa, dan kondisi mental seseorang membentuk kombinasi terbaik.

Prolog diatas merupakan cuplikan adegan pembuka K-Drama Dinner Mate. Woo Do-Hee merupakan seorang wanita cantik yang selalu memimpikan mendapat makan malam yang dia kehendaki. Namun demi pasangannya, ia selalu berkorban untuk makan dengan rasa dan cara yang tidak disukainya.

Pasanganmu menghalangi. Tapi waktu yang kau habiskan dengan pasanganmu juga penting. Terkadang, kau rela mengorbankan segalanya selama bisa makan malam sambil merasakan kehangatan darinya. Terkadang dalam hidup, kombinasi faktor ideal tidak penting.

Urusan makan ternyata tidak sederhana.

Makanan bukan hanya untuk memuaskan rasa lapar, tetapi juga dapat mempengaruhi emosi seseorang. Saat kita makan dengan nyaman, kita dapat merasakan energi positif yang masuk dalam tubuh kita. Hingga akhirnya terciptalah perasaan senang, hangat, semangat, hingga meminimalisir stres. Begitu pula sebaliknya, perasaan negatif pada makanan bisa muncul manakala seseorang makan dengan jumlah yang terlalu banyak atau yang terlalu sedikit, takut saat memakan makanan, serta melarikan diri ke makanan saat ada masalah. Karenanya suasana hati dapat tercipta melalui kondisi saat makan dan asupan yang di makan.

Mengenal Food Psychology

Psikologi adalah ilmu tentang perilaku manusia. Food psychology mengulas proses mental dibalik bagaimana dan mengapa kita makan. Kebiasaan makan yang kita lakukan sangat dipengaruhi oleh persepsi kita tentang makanan serta berbagai rangsangan sosial, lingkungan, dan sebagainya. Food psychology sebagai media terapi menyasar pada 2 hal:

  • Perilaku (behavior)     

Penanganan berupa mengidentifikasi pola makan seseorang dan menemukan cara untuk mengubah perilaku makan.

  • Kognisi/pikiran (cognition)

Terapi kognitif berfokus pada cara berpikir tentang makanan. Ini membantu mengidentifikasi pola pikir yang merugikan diri sendiri dalam memandang makanan.

Pengaruh Makanan Pada Kondisi Mental

Mungkin sebagian dari kita pernah mendengar istilah ‘mengonsumsi coklat dapat membuat bahagia’, memang benar adanya. Makanan dapat memberikan pengaruh yang besar pada kondisi mental kita.

“Orang yang secara kognitif menghubungkan asosiasi penting di masa lalu dengan makanan tertentu. Mengidam es krim misalnya, mungkin ini berasal dari keinginan untuk mengingat kembali masa kanak-kanak yang hidup tanpa beban” (Galisson, 2001).

Kim Hae-Kyung sebagai pemeran utama dalam drama ini merupakan seorang psikiater serta pakar terapi makanan (food psychologist). Jika pada beberapa drama lainnya seorang psikiater dalam memberikan terapi pada pasiennya dengan menggunakan terapi obat atau kognitif, maka berbeda dengan Hae-Kyung yang mengajak pasiennya untuk makan ditengah sesi konsultasinya.

Proses food theraphy dilakukan saat awal konsultasi yakni pada saat pemilihan menu (apabila konsultasi dilakukan di tempat makan) atau ditengah konsultasi saat pasien mengalami gejolak emosi. Kim Hae-Kyung akan memberikan rekomendasi menu yang disesuaikan dengan kondisi psikologis pasien. Tahap selanjutnya memberikan waktu untuk pasien mengutarakan kondisi dan perasaannya. Sembari pasiennya menikmati makanan yang disajikan, dokter Hae-Kyung memberikan intervensi psikologis untuk meluruskan pola pikir para pasien.

Salad Pasta Salmon Untuk Pasien Self Injury

Pada episode 1 Kim Hae-Kyung bertemu dengan Park Geun-Hee, seorang pasien self injury. Self injury merupakan perilaku menyakiti dan melukai diri sendiri yang dilakukan dengan sengaja. Hae-Kyung melihat beberapa bekas sayatan di pergelangan tangan Geun-Hee disertai dengan perasaan gelisah di wajahnya. Kemudian Hae-Kyung mengajak Geun-Hee untuk makan terlebih dahulu sebelum dimulainya sesi konsultasi dengan merekomendasikan menu salad pasta salmon.

“Asam lemak omega 3 di salmon menstimulasi sel-sel otak juga meningkatkan dopamin dan serotonin, neurotransmitter yang mengendalikan hati kita.”

Saat hidangan sudah disajikan, Geun-Hee mulai menceritakan tentang masalahnya dan Hae-kyung menganalisa perilakunya. Geun-Hee menyalahkan dirinya, menganggap dirinya lemah, dan merasa dirinya sedang di hukum.

“Pertama, perkataan dan tindakan melambat. Artinya pikiran dan penilaian seseorang kabur. Kedua, menyalahkan diri sendiri. Mereka percaya semua kemalangan terjadi karena mereka”

Lalu Geun-Hee terlihat mendekatkan piring dan botol agar berada di depannya.

“Ketiga, mengumpulkan semua piring di depan mereka. Mereka tidak bisa mengurus orang lain”.

Geun-Hee merasa orang lain sangat mudah melupakan setelah putus. Namun tidak bagi dirinya, melupakan merupakan hal tersulit. Karena ia merasa seperti akan jatuh ke dalam lubang yang lebih dalam.

Geun-Hee meletakkan sendok dan garpunya.

“Keempat, berhenti makan”.

Steak Bukti Cinta yang Tulus

Pada episode 7, Kim Hae-Kyung seringkali melihat seorang pria yang selalu datang ke restoran untuk memesan. Namun anehnya laki-laki tersebut hanya memandangi steak tersebut dengan ekspresi sedih tanpa pernah memakannya. Hingga pada suatu ketika Hae-Kyung menemukan pria tersebut yang akan melakukan percobaan bunuh diri dengan melompat dari gedung, namun Hae-Kyung menyelamatkan pria tersebut dan menyarankan untuk datang ke kliniknya.

Saat pria tersebut mendatangi Hae-Kyung dan menjalankan sesi konsultasi, diketahui  bahwa pria tersebut sedang merindukan istrinya. Dirinya merasa bersalah atas kematiannya, karena dialah yang menyuruh istrinya bergegas sampai ke restoran hingga akhirnya istrinya meninggal akibat kecelakaan saat di perjalanan.

P          : “Apa yang begitu penting dari steik yang akan dingin?”

HK      : “Rasanya paling enak saat disajikan panas. Kau ingin istrimu makan steik terlezat”

P        : “Kau benar. Istriku sangat menyukai steik di tempat itu”

HK      : “Pasangan yang berbagi makanan setiap hari lebih bahagia daripada pasangan yang seranjang. Sepenting itulah makan bersama, saling berhadapan”

P          : “Kami selalu makan malam bersama. Itu kebahagiaan besar dalam hidupku”

HK      : “Istrimu juga akan merasakan hal yang sama. Dia pasti tahu betapa berartinya itu bagimu”

P          : “Menurutmu begitu?”

HK      : “Ya. Mungkin akan butuh waktu, tapi perasaan sejati akan tersampaikan. Sudah sejak 3 tahun dia meninggal, jadi dia pasti sudah tahu sekarang”

Hae-Kyung kemudian menyajikan steak beserta wine, dan meminta pria tersebut untuk mencoba memakannya. Meski awalnya sedikit ada keraguan, perlahan-lahan pria tersebut mampu memakan dan menikmati steak yang disajikan.

HK      : “Berhentilah menyalahkan diri sendiri. Kecelakaan itu bukan salahmu, pak”

P          : “Ya. Terima kasih dokter”

Bubur Abalone untuk Pasien Anoreksia Nervosa

Pada episode 11, Kim Hae-Kyung kedatangan klien seorang mantan idol dan aktris, Sandara Park. Sandara mengalami gangguan makan, ia menangis karena sangat ingin makan namun setiap kali makan dirinya teringat komentar penuh kebencian yang ditujukan pada dirinya. Sandara benci orang-orang berkomentar buruk mengenai dirinya dengan mengatakan gemuk, akibatnya dia menjalani diet ekstrem. Karena pola dietnya yang ketat dengan disertai stres, ia akhirnya menderita anoreksia nervosa.

Anoreksia merupakan gangguan makan yang ditandai dengan adanya rasa takut yang berlebihan saat berat badan bertambah. Selain itu adanya gangguan persepsi pada bentuk tubuh, sehingga penderita ini sangat terobsesi untuk memiliki tubuh yang kurus.

HK      : “Jangan memaksakan diri mengonsumsi banyak makanan sekaligus”

SP        : “Lalu apa?”

HK      : “Kau harus menyesuaikan targetmu lagi. Alih-alih memulai dengan makanan yang sempurna penuh bernutrisi, kau harus memulai dengan makanan yang lebih nyaman untuk dimakan”

Kemudian, Hae-Kyung menyajikan bubur abalone saat sesi konsultasi dan meminta Sandara  untuk memakannya.

SP        : “Bagaimana jika aku tidak bisa makan hidangan lezat ini lagi?”

HK      : “Tidak apa-apa. Jika tidak bisa makan, kau tidak perlu memaksakan diri. Katakan pada dirimu bahwa kau harus makan ini atau harus makan sebanyak orang lain juga termasuk bentuk obsesi. Ada baiknya berhenti berpikir seperti itu.”

“Aku sering ditanyai pasien anoreksia harus makan apa. Aku menyarankan makan makanan ringan seperti buah dan bubur, tapi yang kau makan tidak terlalu penting. Yang penting adalah sikapmu terhadap makanan. Ini persis seperti hidup. Kau sudah bekerja dengan baik”

Sandara mengambil sendok dan menyendokkan sedikit bubur abalone dalam mulutnya. Hingga kemudian dia bisa memakan dan menikmati bubur abalone yang disajikan.

Referensi:

/https://www.alodokter.com/anoreksia-nervosa

/https://www.alodokter.com/self-injury-gangguan-psikologis-menyakiti-diri-sendiri

/https://www.guesehat.com/apa-itu-food-psikologis-untuk-gangguan-mental

/https://my.clevelandclinic.org/health/articles/10681-the-psychology-of-eating

/http://www.whatispsychology.biz/about-food-psychology-definition


Silahkan login di facebook dan berikan komentar Anda!