Darurat Pendidikan Indonesia, Lantas Siapakah yang Paling di Salahkan?
Sukma.co – Kejadian demi kejadian di dunia pendidikan semakin menjadi tagar darurat pendidikan Indonesia. Bukan hanya satu kali. Tapi sudah berkali-kali. Dan tindakan kekerasan antara murid – guru atau sebaliknya, guru – murid atau murid – staff dan sebaliknya staff – murid, hal itu seolah-olah tindakan yang wajar, hingga pada akhirnya berujung meminta maaf dan berdamai.
Dalam kasus yang lagi viral di media sosial, memang perlu ditindak lanjuti riwayat si murid dalam sisi keluarga. Apakah kekurangan kasih sayang dalam keluarga? Kekurangan pendidikan agama? Yaps bener, itu perlu ditelusuri. Apakah dirumah pernah diperlakukan atau melihat tindakan kekerasan secara langsung yang terjadi antara orang tua? Ataukah mereka biasa melihat tindakan kekerasan melalui televisi dan smartphone? Sedangkan game yang sering kali dimainkan anak jaman sekarang sebagian besar pengenalan terhadap kekerasan.
Menilik riwayat kelakuan anak di sekolah juga. Kalau sudah pernah melakukan tindakan kekerasan baik kecil, tujuannya ke teman, guru atau karyawan sekolah, apakah ada pembiaran dari pihak sekolah hingga menjadi bumerang seperti saat ini? Hukuman memang bukan jalan solusi akhir. Masih ada nasehat atau memberi pengertian kepada siswa. Rangkulan dan bimbingan, salah satunya.
Namun jika sudah menjadi bumerang, konklusinya hanya minta maaf dan berdamai ? tidak semudah itu ferguso! Bagaimana jika, ada tersangka atau korban lain lagi? “Gapapa nantang sama guru, tinggal minta maaf doang kan?” Jika seperti itu, bagaimana generasi bangsa ke depan?
Semenjak adanya peraturan seorang guru tidak diperbolehkan untuk mencubit atau memukul siswa, maka sebaliknya yang lagi marak, siswa yang memukul guru hingga ada kejadian yang di Madura, guru di aniaya murid hingga tewas. Lantas, siapa yang paling disalahkan dalam kejadian yang beruntun seperti ini? Anak? Guru? Orang tua? Atau bahkan pemerintahan?
Disini, pentingnya regulasi pendidikan dirumah, sekolah, lingkungan masyarakat bahkan Pemerintah dalam penanganan anak yang terkait dalam dunia pendidikan saat ini. Penegasan serta pengawasan terhadap seorang anak pun sangat diperlukan hingga dia menjadi pribadi mandiri yang sadar akan tanggung jawab.
- Lingkungan Keluarga
Pendidikan karakter paling utama adalah di dalam keluarga. Karena segala proses dari lahir hingga tumbuh kembang anak berawal dari keluarga. Maka, tidak semestinya para orang tua mempercayakan penuh seorang anak kepada orang tua karena sekolah bukanlah sebuah lembaga penitipan anak. Mendidik anak adalah tugas paling utama selain mencari nafkah bagi orang tua. Karena jika keadaan rumah kondusif maka berdampak positif bagi anak. Namun sebaliknya, jika keadaan keluarga negatif maka itupun berdampak pada psikologis anak. Sebagai orang tua jaman sekarang berpikiran terbuka untuk anak adalah solusi yang di anjurkan, dengan begitu orang tua mampu memahami karakter anak serta menjadi teladan yang baik bagi anak.
- Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan lingkungan kedua untuk terbentuknya suatu karakter anak. Di sekolah seorang anak akan mendapat sebuah pelajaran yang banyak. Mulai dari ilmu ekstrak, agama hingga belajar cara bersosialisasi dan ilmu moral. Dalam hal ini, pentingnya seorang pendidik yang penuh tanggung jawab sebagai profesinya untuk membantu seorang anak dalam membentuk karakter. Sekolah pun perlu memiliki aturan yang kuat dalam membentuk karakter anak, dan itupun tidak lepas dari pantauan orang tua.
- Lingkungan Masyarakat
Anak yang memasuki usia remaja lebih memilih untuk menghabiskan waktunya di luar rumah dengan tujuan mencari jati diri. Orang tua sibuk, sekolah banyak tugas, maka mencari lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan adalah tempat yang paling nyaman. Sedangkan di lingkungan masyarakat seringkali ditemui para kelompok penggunaan zat terlarang, melakukan kekerasan fisik dan seksual. Jika masyarakat sekitar peduli, lingkungan negatif pun perlahan berkurang. Namun jika masyarakat sekitar kurang peduli, lingkungan negatif pun terbentuk. Pentingnya stakeholder dalam pemeliharaan lingkungan kondusif untuk tumbuh kembang karakter seorang anak.
Generasi penerus adalah sebuah tombak keberhasilan bagi bangsanya sendiri. Generasi penerus yang seperti itu tentu memiliki sebuah karakter. Karena karakter sangat berperan penting dalam memperkuat sebuah bangsa. Untuk membangun karakter generasi penerus bangsa salah satunya melalui pendidikan. Baik formal maupun non formal. Baik di sekolah, di rumah maupun di lingkungan masyarakat.
Saatnya berbenah diri. Seharusnya sekolah menjadi tempat paling aman dan nyaman bagi anak. Dan menjadi tempat yang tidak penuh beban bagi profesi guru. Manusia adalah sebuah produk dari sebuah lingkungan. Maka untuk membentuk karakter bangsa, tidak ada satupun yang boleh terlewati untuk menjaganya, diperlukan kerjasama yang kuat. Karena menjaga generasi bangsa itu berarti menjaga kekuatan bangsa, betul bukan?