Bunuh Diri pada Anak-anak dan Remaja, Salah Siapa?
Sukma.co–Bunuh diri merupakan tindakan menghilangkan nyawa diri sendiri secara sengaja. Banyak kasus bunuh diri saat ini. Faktor yang menyebabkan perilaku bunuh diri kebanyakan karena faktor ekonomi. Pelaku bunuh diri tidak hanya dialami oleh orang dewasa saja, bunuh diri juga terjadi pada anak-anak dan remaja. Apalagi dikabarkan di salah satu negara angka bunuh diri pada anak-anak semakin meningkat dari sebelumnya.
Bunuh diri tidak terlepas dari depresi dan frustasi. Tindakan bunuh diri terjadi kebanyakan karena pelaku mempunyai masalah yang menimbulkan depresi dan pelaku tidak bisa menemukan problem solving yang baik bagi masalahnya. Pelaku bunuh diri menganggap bahwa tindakan bunuh diri adalah cara yang termudah untuk mengatasi semua masalahnya. Lalu, bagaimana tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh anak-anak dan remaja?
Banyak orang beranggapan bahwa anak-anak dan remaja tidak mempunyai masalah dalam hidupnya. Kejadian-kejadian ‘kecil’ yang dialami anak-anak dan remaja hanya sebatas perilaku kekanak-kanakan yang terjadi karena belum menginjak dewasa. Karena itu, orang tua dan lingkungan cenderung menganggap sepele dan tidak menghiraukan ketika anak mengadu tentang masalah yang telah dihadapi anak. Padahal, masalah dapat terjadi pada siapa saja, tanpa memandang usia, status sosial, ekonomi, dan pendidikan. Semua manusia yang hidup pasti mempunyai masalah, tak terkecuali anak-anak dan remaja.
Baca Juga: Anak Bukan ‘Badut’ Orang Dewasa
Masalah yang timbul pada anak-anak dan remaja biasanya karena konflik antara teman sebayanya, ada pula karena konflik dalam keluarga yang menimbulkan beban bagi si anak. Konflik antar teman biasanya tentang keinginan kesetaraan dengan teman sebaya, sampai pada kasus bullying di sekolah yang tidak diketahui orang tua maupun guru. Konflik dalam keluarga biasanya pertengkaran orang tua, kekerasan, perceraian, kesibukan orang tua. Jangan dikira masalah-masalah yang dialami oleh anak dan remaja adalah hal remeh dan sepele yang tidak perlu diperpanjang dan hanya membuang-buang waktu jika mengurusinya. Memang jika dibandingkan dengan masalah orang dewasa, masalah anak dan remaja tidak ada apa-apanya. Tapi anak-anak dan remaja bukanlah orang dewasa, mental anak-anak dan remaja dengan mental orang dewasa sangatlah berbeda jauh. Anak-anak masih belum bisa berpikir rasional dan logis. Remaja pun mengalami krisis identitas sehingga terjadi keraguan dan kekhawatiran dalam menghadapi masalah.
Anak dan remaja berpikir bahwa masalah yang dihadapinya sangat berat, seperti halnya orang dewasa mengalami masalah yang dirasa berat juga. Meskipun masalahnya hanya karena keinginan memiliki gadged, kendaraan, bermasalah dengan teman sekelas, takut dimarahin guru karena belum mengerjakan tugas. Tapi siapa sangka, dari masalah yang ‘hanya’ seperti itu dapat menimbulkan perilaku bunuh diri pada anak dan remaja.
Disamping masalah-masalah tersebut yang dapat menimbulkan stress dan depresi pada anak dan remaja sehingga menimbulkan perilaku bunuh diri pada anak dan remaja, faktor teknologi juga turut memengaruhi. Tayangan film laga dan kartun yang ditonton oleh anak tanpa bimbingan dari orang tua dapat menimbulkan salah persepsi bagi anak, sehingga tanpa pikir panjang anak akan mencoba adegan-adegan film yang telah ditontonnya. Daya imajinatif yang tinggi, keingintahuan yang meluap-luap, ditambah cara berpikir anak yang masih abstrak, menimbulkan anak tidak akan ragu untu mecoba adegan yang mustahil dipraktekan didunia nyata. Seperti kasus anak jatuh dari gedung bertingkat karena ingin meniru salah satu film kartun yang dengan selamat terjun bebas hanya menggunakan sebuah payung.
Walaupun masalah pada anak dan remaja tidak sampai pada tindakan bunuh diri, akan tetapi jika masalah anak dan remaja tidak segera ditangani akan menimbulkan hal yang tak kalah bahayanya dengan bunuh diri. Anak akan mengalami kecemasan yang berlarut-larut dan akan terbawa hingga dia dewasa jika tidak teratasi. Dampaknya perkembangan anak menjadi terganggu. Anak mempunyai kepribadian yang pasif, penakut, trauma, dan fobia, hingga berpengaruh pada perkembangan kognitif, sosial, dan moralnya.
Jika demikian, penanganan yang tepat untuk mencegah bunuh diri pada anak-anak dan remaja adalah dengan melakukan pendekatan kepada orang tua, keluarga, guru dan lingkungan. Membimbing anak untuk berperilaku yang tepat ketika mendapat masalah dan memabantu anak menghadapi masalah. Penanganan dari psikolog juga turut membantu. Pencegahan juga diperlukan, apalagi tidak semua anak dan remaja terbuka dengan siapa saja. Pengawasan kepada anak dan remaja oleh orang tua dan guru sangat diperlukan dalam tumbuh kembang anak dan remaja.