Psikologi Sosial

Berkawan dengan Rasa Inferioritas, Menguntungkan?

Mei 15, 2020

author:

Berkawan dengan Rasa Inferioritas, Menguntungkan?


Inferioritas yang dibarengi dengan pikiran terbuka dan rasa menerima diru justru mampu memberikan menguntungkan. 

SUKMA.CO – Tempat sekolah yang berbeda di setiap jenjang pendidikan membuat Saya memiliki banyak teman dengan beragam latar belakang dan karakter. Hal yang membuat Saya heran adalah persamaan sikap yang ditunjukkan oleh mereka dalam hal mengagumi kesuksesan atau kenikmatan hidup yang orang lain miliki.

“Menurutku, dia perfect banget loh. Dia pintar, selalu menjadi juara kelas, tak pernah absen mengikuti perlombaan, plus aktivis organisasi lagi. Hmm, keren banget ya dia!” celetuk salah satu teman saya suatu ketika.

Bermula dari kicauan tadi, berbagai reaksi bermunculan. Saya merangkumnya menjadi tiga tipe pribadi yang digolongkan sebagai berikut:

Pertama, pribadi yang sibuk memuji.

“Wah iya, dia mah keren banget sumpah. Beda nih sama aku yang biasa-biasa saja. Aku dan dia bagai bumi dan langit, beda jauhh!”

Tidak ada yang salah kok dengan memuji kehebatan orang lain. Namun, hal tersebut akan menjadi masalah apabila kita hanya sekedar sibuk memuji. Apalagi kalau kita sampai menganggap diri sendiri tidak bisa menghasilkan karya apa-apa. Apakah ada tipe orang seperti ini? Ada kok, teman-teman bisa mengamati lingkungan sekitar masing-masing.

Kedua, pribadi yang terjebak rasa iri negatif

“Ya sih keren nggak kayak aku. Wajar lah, kan dia dapat fasilitas lebih dari orang tua. Selain itu, aku juga nggak suka sama sikapnya yang rada sombong.”

Menurutku, tipe kedua ini cenderung melihat segala sesuatu dengan kaca mata hitam. Gaya berpikir mereka monoton, suka mencari-cari kesalahan, dan hati mereka dipenuhi rasa iri negatif pada orang lain. Seandainya mampu menyaingi, mereka ingin mengalahkan. Sebaliknya jika tidak mampu menyaingi, mereka tetap berada dalam rasa dengki yang pastinya berdampak buruk bagi kesehatan psikis maupun fisik. Sebisa mungkin, kita harus menghindari tipe ini ya!

Ketiga, pribadi terbuka yang menjadikannya sebagai motivasi

“Iya, dia keren banget, sangat menginspirasi. Hmm, kok aku merasa masih stagnan di tempat ya. Kira-kira, apa saja sih yang sudah dia lakukan sampai bisa berprestasi seperti itu?”

Tipe ketiga ialah sosok yang menyadari bahwa orang-orang di sekelilingnya memang jauh lebih hebat dari dirinya. Namun, ia mampu berpikiran terbuka, mempunyai jiwa lapang untuk mengakui kelebihan orang lain, dan menjadikan pencapaian mereka sebagai bentuk motivasi untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Mungkin saja mereka pernah terjebak dalam rasa iri, tetapi mereka tidak membiarkannya menjadi toxic yang menggerogoti hati.

Baca Juga: Ladies, Tentukan Definisi Cantikmu Sendiri!

Ketiga tipe di atas merepresentasikan adanya sikap inferioritas dalam diri setiap individu. Secara sederhana sikap inferioritas dimaknai sebagai rasa rendah diri atau minder. Dalam dunia Psikologi, istilah ini dipopulerkan oleh Alfred Adler, seorang ahli jiwa terkemuka berkebangsaan Jerman. Adler mengatakan bahwa perasaan inferioritas mutlak ada pada diri setiap orang, dan kita sebagai manusia sejatinya tengah bertarung melawan perasaan-perasaan inferioritas yang mengisi jiwa kita.

“Menjadi manusia berarti menjadi makhluk yang memiliki perasaan inferioritas dan kita terus berusaha untuk menaklukkan perasaan tersebut. Semakin besar perasaan inferioritas yang dimiliki, maka semakin kuat pula keinginan untuk mengalahkan dan semakin ganas pula usaha kita untuk menaklukkan perasaan tersebut.”

(Alfred Adler)

Sikap Inferioritas ini mewujud pada cara kita dalam merasakan dan berpikir, yang kemudian dihadirkan dalam tindakan, perilaku, atau kebiasaan tertentu. Pertanyaannya, Inferioritas itu bahaya nggak sih??

Sebenarnya, sikap inferioritas itu bisa melukai, menghancurkan, menghambat kesuksesan, membuat kita gelisah, menjadikan kita merasa susah, malang, dan hidup sebagai pecundang kalau kita masih saja dikuasai oleh pola pikir selayaknya pribadi pada tipe pertama dan kedua. Sebaliknya, inferioritas yang dirasakan oleh pribadi pada tipe ketiga justru mampu memberikan kekuatan dan menjadi motivasi untuk meningkatkan kualitas diri di sepanjang perjalanan hidup.

Infografik: Merubah Rasa Inferiormu Menjadi Kekuatan

 

Bagaimana caranya menjadikan inferioritas menguntungkan?

Kita semua pasti ingin menjadi tipe ketiga, menjadikan rasa inferior sebagai batu loncatan untuk menjadi pribadi lebih baik. Gimana caranya? Yuk, kita simak poin-poin berikut:

  1. Mengenali Diri Sendiri (Self-Concept)

    Tulislah setiap kelebihan, kekurangan, minat, keahlian, idola, dan apapun yang berkenaan dengan diri kita. Usaha mengenal diri sendiri merupakan gerbang utama sebelum kita mengenali orang lain ataupun dunia luar. So, mulai saat ini juga jangan lagi meremehkan kalimat pertanyaan, “Who am I?” ya! Yuk segera menjawabnya!!
  2. Menentukan Fokus Target

    Dari berbagai target yang ingin kita capai, tentukanlah satu prioritas utama yang memerlukan kefokusan lebih dari target-target lainnya. Hal ini akan memudahkan kita untuk memetakan setiap pekerjaan yang kita lakukan.
  3. Menikmati Setiap Proses

    Jarang banget orang berhasil meraih kesuksesan dalam waktu yang sangat singkat. Santai saja sobat, jangan terburu-buru, nikmatilah setiap proses yang kita lewati! Ketika melihat orang lain meraih kesuksesan, sadarilah bahwa mereka juga pernah melewati proses panjang seperti kita. Berikan keyakinan pada hati bahwa suatu saat nanti kita akan mencicipi kesuksesan atas apa yang tengah kita perjuangkan kini.
  4. Senantiasa Mengevaluasi Diri

    Tiada manusia yang sempurna, begitu pula dengan proses-proses yang kita lakukan. Mari meluangkan waktu di setiap minggu untuk mengevaluasi diri. Belajarlah pada mereka yang berhasil lebih dulu, amati bagaimana kebiasaaan harian, kesederhanaan, sikap disiplin, rendah hati, dan ketaatannya pada Tuhan. Barangkali, pelajaran-pelajaran baru yang kita dapatkan dari orang lain bisa menjadi sumber evaluasi diri.
  5. Bandingkan diri sendiri dengan orang lain secara bijak

    Kita pasti memiliki sosok yang dikagumi atau role model dalam menjalani hidup. Sebenarnya, sah-sah saja kok untuk membandingkan diri kita dengan mereka, asalkan hal itu kita jadikan sebagai motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Intinya, jangan sampai sikap tersebut justru menjatuhkan kepercayaan dirimu. Yang terpenting saat ini ialah fokus menjadi versi terbaik bagi dirimu sendiri.
  6. Senantiasa Bersyukur

    Mau sehebat apapun pencapaian yang kita raih tetap akan terasa hampa saat kita tidak mensyukurinya. Ambil nafas panjang lantas keluarkan secara perlahan, berterima kasihlah pada Tuhan atas segala kekuatan dan juga pada dirimu sendiri karena mau senantiasa diajak berjuang.

Kesan yang dihadirkan oleh makhluk bernama ‘inferioritas’ dalam diri banyak orang mungkin cenderung negatif. Saya pikir segalanya bersumber atas cara kita dalam merespon perasaan tersebut. Bagi saya pribadi berkawan dengan inferioritas adalah sebuah pilihan menarik yang layak untuk dicoba. Pilihan yang dapat membangun diri Saya dan membangkitkan semangat hidup untuk berproses menjadi lebih baik. Yah, sama persis seperti pribadi ketiga. Jadi, tunggu apalagi? Saatnya jadikan rasa inferiormu sebagai batu loncatan untuk berubah!

Editor: W.R. Elsa Pratiwi
Infografik: Miftah Faridl


Silahkan login di facebook dan berikan komentar Anda!