It’s Okay Not To Be Okay: K-Drama Bertema Kesehatan Mental!
Daftar Isi:
Sukma.co – TVN pada tahun 2020 kembali menghadirkan drama terbarunya dengan mengangkat tema kesehatan mental dan healing, dengan menggandeng Kim Soo-hyun dan Seo Ye-ji sebagai tokoh utamanya. Drama It’s Okay Not To Be Okay menjadi salah satu drama terlaris dalam slot sabtu-minggu. Drama komedi romantis yang menjadi comeback dari Kim Soo-hyun setelah menyelesaikan wajib militernya ini menceritakan kisah cinta antara Moon Gang-tae (Kim Soo-hyun) seorang perawat di bangsal psikiatri yang memiliki kakak yang menderita autisme, dan Ko Moon-young (Seo Ye Ji) seorang penulis dongeng yang memiliki kepribadian antisosial. Berikut ulasan menarik dari drama It’s Okay Not To Be Okay!
1. Mengangkat isu kesehatan mental
Isu kesehatan mental menjadi poin penting yang diangkat dalam drama ini. Ko Moon-young merupakan penulis dongeng yang memiliki kepribadian antisosial yang kejam, kasar, suka bertindak sesukanya, bermulut pedas, dan tidak memiliki empati. Ia bertemu dengan Moon Gang-tae seorang perawat di bangsal psikiatri Rumah Sakit Jiwa OK yang sabar, tertutup, dan memiliki empati yang tinggi.
Gang-tae terbiasa mengutamakan kepentingan dan kebahagian Moon Sang-tae, kakaknya yang menderita autisme. Ia selalu berusaha menampilkan kondisi ‘baik-baik saja’ di depan Sang-tae, hingga mengacuhkan kondisi psikisnya yang terlalu banyak beban dan penderitaan, ia rela melakukan apapun asalkan Sang-tae bahagia. Namun di kemudian hari justru hal inilah yang menjadi bom waktu bagi kondisi psikis Gang-tae, hingga akhirnya baik Moon-young, Gang-tae, dan Sang-tae bersama-sama saling bertumpu satu sama lain untuk pulih dari trauma masa lalu yang membayangi mereka.
2. Mengisahkan tentang anak autisme
Moon Sang-tae yang diperankan oleh aktor Oh Jung-se merupakan kakak kandung dari Moon Gang-tae, Sang-tae di diagnosa mengalami autisme. Autisme merupakan gangguan perkembangan saraf yang dapat mempengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak untuk berinteraksi, berkomunikasi, serta berperilaku. Karena kondisinya, Sang-tae mengalami kesulitan untuk memahami emosi dari ekspresi orang di sekitarnya, keterbatasan komunikasi, membutuhkan perintah berulang-ulang, serta cenderung fokus pada dunianya sendiri.
Dalam keterbatasannya, Sang-tae merupakan sosok kakak yang sangat mengayomi. Pada episode awal diceritakan bahwa Sang-tae masih cenderung egois dan hanya memikirkan dirinya sendiri. Namun pada pertengahan episode sosok Sang-tae mengalami perkembangan yang sangat luar biasa, sedikit demi sedikit ia belajar menjadi orang dewasa yang dapat diandalkan oleh adiknya. Ia paham akan posisinya sebagai kakak dan wali Gang-tae, sehingga ia mengambil beberapa pekerjaan paruh waktu seperti melukis mural, menggambar pelanggan pizza, dan menjadi ilustrator buku baru Ko Moon-young.
Hal ini ia lakukan sebagai upaya untuk memenuhi tanggung jawabnya sebagai kakak yang dapat menafkahi keluarga sekaligus memberikan uang saku pada adiknya. Rasa simpati dan empatinya perlahan mulai menguat seiring dengan ia memahami posisi Moon-young yang hidup sebatang kara tanpa orang tua, saudara, dan sanak famili. Sedangkan ia meski hidup sebatang kara namun masih memiliki Gang-tae sebagai adiknya.
Sang-tae memiliki kemampuan menggambar yang sangat baik, ia mampu menangkap objek secara detail dan memiliki ingatan yang cukup baik. Karena kemampuannya inilah ia di rekrut Moon-young sebagai ilustrator karya terbarunya. Namun ada 1 objek yang tidak bisa Sang-tae gambar karena rasa traumatisnya, yakni kupu-kupu. Kemudian Direktur Rumah Sakit Jiwa OK Oh Ji-wang, mencoba untuk memberikan terapi flooding (pembanjiran).
3. Psikologis berpakaian mewah
Untuk mengetahui kepribadian seseorang bukanlah suatu hal yang mudah. Namun cara berpakaian seseorang sedikit banyak memberikan gambaran mengenai kondisi psikologis si pemakai. Sepanjang drama ini disuguhkan fashion style Ko Moon-young yang sangat mewah. Ko Moon-young diceritakan sebagai penulis dongeng yang sangat sukses serta hidup dengan bergelimang harta, hingga mudah saja bagi dia untuk selalu memakai pakaian mewah dengan harga fantastis dalam kehidupan sehari-harinya.
Pada salah satu episode, Gang-tae bertanya pada Direktur Oh Ji-wang mengenai kebiasaan Moon-young yang selalu memakai pakaian mewah.
“Mereka ingin melindungi diri mereka sendiri. Mereka pikir mereka terlalu lemah, jadi mereka menggunakan pakaian untuk perlindungan. Itu seperti baju besi. Jadi kamu seharusnya melakukan hal terbaik untuk melindunginya” ucap Oh Ji-wang
Ko Moon-young memang dari luar terlihat seperti sosok yang menakutkan, egois, sombong, bahkan banyak yang menjulukinya psikopat. Dibalik semua itu ia adalah anak yang kesepian dan tumbuh tanpa adanya kehangatan dan kasih sayang dari orang tuanya. Ia memiliki pengalaman traumatis di masa lalu yang seringkali menghantuinya ketika tidur. Ia sosok yang rapuh, sebenarnya. Namun ia tidak ingin orang lain mengetahui kelemahannya, karenanya ia berusaha menyembunyikan di balik topeng kepribadiannya yang menakutkan.
4. It’s okay not to be okay!
Gang-tae kecil tumbuh dewasa lebih cepat mengingat beban tanggung jawab yang ada di pundak Gang-tae sebagai adik, pencari nafkah, kepala rumah tangga, dan wali Sang-tae. Hal ini menjadikan Gang-tae tumbuh menjadi pria yang mandiri, dapat diandalkan, dan memiliki kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi Sang-tae. Namun demikian hal ini menjadikan dia tumbuh pribadi yang sangat tertutup dan mudah membohongi perasaannya sendiri.
Gang-tae selalu menahan diri dan berusaha untuk melihatkan sikap kuat dan baik-baik saja dihadapan semua orang, terlebih pada Sang-tae. Ia memiliki rasa simpati dan empati yang tinggi pada orang lain serta keadaan Sang-tae menjadi prioritas utama baginya. Namun hal ini menjadikannya cenderung tidak peduli dengan keadaan dirinya sendiri, karenanya ia tidak mampu mengidentifikasi perasaan yang sedang dialami oleh dirinya sendiri.
It’s okay not to be okay!
Kalimat ini sangat sederhana namun menjadi poin utama yang diangkat dari drama ini. Setiap orang pasti pernah berada di titik terendah, merasa sedih, lelah, kecewa, marah, dan tidak baik-baik saja. Itu semua adalah hal yang wajar dan sudah selayaknya kita terima kehadirannya dalam hidup kita. Mengakui bahwa kita sedang merasa tidak baik-baik saja bukanlah hal yang mudah, karena kita cenderung hanya mengakui emosi-emosi positif yang hadir dalam hidup kita. Namun selain emosi positif, manusia juga dianugerahi emosi negatif yang layak untuk kita akui keberadaannya sebagai langkah pertama untuk mencari pertolongan guna memulihkan keadaan diri.
5. Hadapi masalah, bukan menghindar!
Sewaktu waktu kecil, Gang-tae menyukai Moon-young. Gadis kecil yang menyelamatkannya saat akan tenggelam di sungai es. Gang-tae selalu mengikuti Moon-young kemana pun. Hingga suatu ketika saat Gang-tae mengikuti Moon-young di sebuah ladang bunga, dirinya dikejutkan oleh tindakan Moon-young yang mematahkan beberapa sayap kupu-kupu dihadapan Gang-tae.
Perasaan takut seketika menyerbu diri Gang-tae, reaksi yang ia lakukan selanjutnya ialah kabur dan berusaha untuk mengabaikan apa yang pernah dilihatnya. Gang-tae ketakutan ketika Moon-young menunjukkan sisi kejamnya, sehingga jalan terbaik yang dilakukan Gang-tae saat itu ialah berlari sejauh mungkin menghindari Moon-young.
Bertahun-tahun setelahnya saat Gang-tae menginjak dewasa ia merasa bersalah karena memilih kabur waktu itu. Ia sadar bahwa kabur bukanlah solusi terbaik untuk menyelesaikan masalah, malah yang terjadi pada waktu itu hingga saat ini ialah Gang-tae yang masih memikirkan Moon-young.
Pertemuan Gang-tae dengan Moon-young saat dewasa membawa babak baru dalam perjalanan hidup Gang-tae. Gang-tae menyadari bahwa Moon-young cenderung kejam, berbicara blak-blakan, dan berperilaku semaunya akibat dari kepribadian antisosial yang dimilikinya. Gang-tae akan semakin banyak dihadapkan oleh berbagai masalah yang turut merubah pola pikirnya, ia tidak lagi berusaha untuk menghindari masalah namun berusaha untuk menyelesaikannya.
Rasa cintanya pada Moon-young kecil yang ditakutinya perlahan pudar meski ia menyadari bahwa Moon-young dewasa jauh lebih kejam dengan kepribadian antisosial yang dimilikinya. Meski pada awalnya Gang-tae tidak mengakui perasaannya pada Moon-young, namun perlahan-lahan ia mencoba untuk berdamai dengan dirinya sendiri dengan menerima Moon-young dalam hidupnya. Bersama Moon-young, Sang-tae, dan Gang-tae yang sama-sama memiliki kelemahan dan rasa traumatis, mereka berusaha menjadi orang dewasa yang saling menopang satu sama lain untuk berani menghadapi masalah yang dimiliki.
“Ingatlah dan hadapi. Jika tak dihadapi, kamu hanya menjadi anak kecil dengan jiwa yang tak bertumbuh (Ko Moon-yeong)”
Baca tulisan saya selanjutnya “Metode Trauma Healing Dalam K-Drama It’s Okay Not To Be Okay” selengkapnya https://www.sukma.co/metode-trauma-healing-dalam-k-drama-its-okay-not-to-be-okay/